UNLIMITEDDESTINATION
If plane just can take you to specific Country
we can take you to everyplace with knowledge
"postgraduate"
Center of

Green Wasathiyah

Campus
International CLASS
Interdisciplinary COLLOQUIUM
Anualy Interdisciplinary Colloquium with International Guest Speaker
Center for Civilization Studies
cross-science civilization from the center of the civilization-building campus
Previous slide
Next slide

Agama VS Sains: Pertarungan Usang atau Persekutuan Masa Depan?

Salatiga, 16 Juli 2025 — Apakah agama dan sains memang ditakdirkan saling menegasikan? Atau justru keduanya bisa bersinergi menjawab krisis dunia modern?. Pertanyaan provokatif ini mengemuka dalam diskusi ilmiah rutin Wednesday Forum yang diadakan oleh Center for Education, Peace and Society Justice (CEPaSo) Pascasarjana UIN Salatiga. Bertempat di Kampus 1 UIN Salatiga, forum yang berlangsung pada Rabu, 16 Juli 2025 ini mengangkat tema kontemporer: “Agama VS Sains: Musuh atau Mitra?”

Diskusi ini menghadirkan dua narasumber pemikir progresif: Dr. Ahmad Fahri Yahya Ainuri, M.Pd., cendekiawan Muslim dan dosen Pascasarjana UIN Salatiga, dan Dr. Yuniar Fahmi Lathif, M.Pd., penulis buku Shalawat Sains yang aktif mengampanyekan integrasi ilmu dan iman dalam dunia pendidikan.

Dalam paparannya, Dr. Ahmad Fahri menegaskan bahwa kemuliaan agama tidak pernah bergantung pada sains. “Agama selamanya akan tetap mulia secara dzat dan sifat tanpa membutuhkan validasi dari pengetahuan lainnya,” ujarnya tegas. Ia mengajak peserta untuk meletakkan agama di tempatnya sebagai sumber nilai dan orientasi moral dalam menjelajahi semesta pengetahuan.

Sementara itu, Dr. Yuniar Fahmi menantang asumsi lama tentang konflik agama dan sains. Menurutnya, dikotomi tersebut adalah warisan masa lalu yang tidak lagi relevan. “Agama dan sains bukan dua kutub yang saling meniadakan, melainkan dua jalan pengetahuan yang bisa saling melengkapi,” ucapnya, sembari mengajak peserta melihat integrasi sebagai jalan masa depan umat.

Dipandu oleh Dimas Nuri Ardiansyah, M.Pd., mahasiswa Program Doktor PAI, diskusi ini melibatkan peserta dari kalangan mahasiswa magister dan doktoral, serta dosen Pascasarjana UIN Salatiga. Suasana forum berlangsung hidup, dengan beragam gagasan dan refleksi kritis mengalir dari berbagai sudut pandang.

Beberapa mahasiswa doktoral bahkan menyampaikan kerangka disertasi mereka yang mencoba memadukan nilai-nilai keislaman dengan pendekatan ilmiah, mulai dari sains lingkungan hingga teknologi pendidikan berbasis nilai spiritual.

Forum ini tidak hanya menjadi ruang berbagi gagasan, tetapi juga menghasilkan beberapa rekomendasi penting yang menjadi catatan strategis bagi pengembangan pendidikan Islam berbasis integrasi keilmuan: 1) Integrasi kurikulum agama dan sains di lembaga pendidikan Islam, agar tercipta generasi yang utuh secara spiritual dan intelektual; 2) Penguatan epistemologi Islam dalam riset dan pembelajaran, agar sains tak melulu netral nilai, tapi berpijak pada etika; 3) Pendidikan karakter ilmiah-religius secara seimbang, sebagai respon terhadap polarisasi antara iman dan rasio dalam dunia pendidikan.

Forum ini juga menyepakati bahwa integrasi agama dan sains bukan sekadar jargon akademik, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjawab tantangan-tantangan mutakhir: krisis ekologi, etika kecerdasan buatan, dan disorientasi moral generasi muda.

Dengan kegiatan seperti Wednesday Forum, CEPaSo Pascasarjana UIN Salatiga menegaskan posisinya sebagai pelopor ruang diskusi ilmiah yang tak hanya reflektif tapi juga transformatif. Menggabungkan agama dan sains bukan soal membandingkan siapa lebih unggul, tapi tentang merancang masa depan ilmu yang bermoral dan spiritualitas yang rasional.