UNLIMITEDDESTINATION
If plane just can take you to specific Country
we can take you to everyplace with knowledge
"postgraduate"
Center of

Green Wasathiyah

Campus
International CLASS
Interdisciplinary COLLOQUIUM
Anualy Interdisciplinary Colloquium with International Guest Speaker
Center for Civilization Studies
cross-science civilization from the center of the civilization-building campus

Akademisi Pascasarjana UIN Salatiga Bahas Generasi Waras di Era Bising sebagai Kompas Moderasi Beragama

Demak, 2 Desember 2025 – RM Kalijaga Botorejo

Gelaran Penguatan Moderasi Beragama dan Peran ROHIS dalam Mewujudkan Demak Berakhlak yang diselenggarakan pada Selasa, 2 Desember 2025, di RM Kalijaga Botorejo Demak menghadirkan satu momentum penting bagi dunia pendidikan dan pembinaan generasi muda di Kabupaten Demak. Kegiatan yang diikuti oleh 175 peserta—terdiri dari pejabat pemerintah daerah, kementerian agama, Guru PAI, serta perwakilan siswa SMA dan SMK se-Kabupaten Demak—ini menjadi ruang perjumpaan lintas peran yang sangat strategis dalam upaya penguatan moderasi beragama di lingkungan sekolah.

Pada kegiatan tersebut, hadir secara langsung Bupati Kabupaten Demak dr. Hj. Eisti’anah, SE., yang membuka kegiatan sekaligus memberikan arahan kebijakan pemerintah daerah dalam memperkuat nilai kebangsaan, keagamaan, dan karakter pelajar. Hadir pula Dr. Salma, Kasi PAI Kankemenag Kabupaten Demak, serta tokoh pendidik, pembina ROHIS, dan Pengurus Rohis SMK & SMA se Kabupaten Demak. Namun dari seluruh rangkaian kegiatan tersebut, salah satu segmen yang paling menyita perhatian adalah pemaparan mendalam dari Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I., Dosen Pascasarjana UIN Salatiga dan trainer moderasi beragama. Materi yang ia sampaikan, berjudul “Generasi Waras di Era Bising: Moderasi Beragama sebagai Kompas Hidup”, menjadi inti dari diskusi, percakapan, dan refleksi peserta sepanjang kegiatan.

Era Bising: Sebuah Gambaran Keresahan Zaman

Mengawali materinya, Dr. Aji memotret realitas sosial saat ini sebagai “Era Bising”—istilah yang digunakan untuk menggambarkan betapa derasnya arus informasi, betapa mudahnya konflik pandangan terjadi di media sosial, serta betapa cepatnya emosi kolektif masyarakat berubah. Menurutnya, generasi muda saat ini hidup dalam ruang yang dipenuhi: 1) kebisingan digital, 2) kaburnya batas benar–salah, 3) normalisasi ujaran kebencian, 4) tekanan sosial dan tuntutan eksistensi, 5) perbandingan hidup yang tidak sehat, 6) dan terpaan konten ekstrem yang menggerus akhlak. “Mereka tidak hanya harus cerdas, tetapi juga harus waras. Kewarasan inilah yang terancam ketika seseorang kehilangan kompas hidupnya,” tegas Dr. Aji. Ia menegaskan bahwa era bising memunculkan generasi yang mudah terpicu, mudah terprovokasi, dan mudah patah—karena tidak memiliki pedoman nilai yang kuat untuk menavigasi hidup.

Moderasi Beragama: Kompas Ketika Arah Hidup Mulai Kabur

Di tengah situasi tersebut, moderasi beragama hadir sebagai kompas hidup—sebuah alat pemandu agar seseorang tetap berada di jalur tengah yang seimbang, tidak tergelincir ke ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Menurut Dr. Aji, moderasi beragama bukanlah ajaran baru, melainkan cara beragama yang telah lama diajarkan dalam tradisi agama dan budaya bangsa Indonesia. Namun di era bising, moderasi beragama perlu dipertegas kembali sebagai fondasi karakter. Dr. Aji memaparkan empat fondasi moderasi beragama yang menjadi orientasi hidup: 1) Fondasi Ideologi Agama, yang harus menjadi sumber kedamaian, bukan alat untuk menjustifikasi kebencian atau kekerasan, karena baginya beragama harus proporsional, adil, dan tidak ekstrem; 2) Fondasi Kebangsaan, yang menjadikan moderasi sejalan dengan penguatan cinta tanah air, dengan menghormati simbol negara, menghayati Pancasila, dan menjaga kerukunan nasional; 3) Fondasi Kenegaraan, yang menjadikan sikap beragama tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab terhadap stabilitas negara. Menghargai hukum, menjaga harmoni sosial, dan mendukung pemerintahan yang sah adalah bagian dari moderasi beragama; 3) Fondasi Kemanusiaan Universal, yang menjadikan moderasi mencakup penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Ini adalah fondasi agar seseorang tidak terjebak dalam cara pandang sempit, sektarian, dan intoleran.

Dr. Aji menegaskan, “Kompas hidup bukan hanya teori. Kompas hidup harus bisa dipegang, diikuti, dan menjadi pedoman ketika seseorang dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit di era digital.

Respons Bupati Demak: Penguatan Moderasi Adalah Kebutuhan Mendesak

Dalam sambutannya, Bupati Demak menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa di Demak. Ia menyampaikan bahwa pemerintah daerah telah menempatkan program pembinaan moral dan kebangsaan sebagai bagian dari prioritas. Namun, yang menarik, Bupati menunjukkan kekaguman mendalam terhadap materi yang disampaikan Dr. Aji.
Cara beliau menjelaskan moderasi beragama,khususnya di tengah era yang penuh kebisingan ini, sangat mencerahkan. Ini yang kita butuhkan untuk membimbing generasi Demak agar tetap memiliki akhlak yang kuat,” ujarnya. Bupati memandang pemikiran tersebut selaras dengan visi Demak Berakhlak, yang berfokus pada pembentukan individu yang tidak hanya kompeten tetapi juga berkarakter.

Peran ROHIS: Garda Depan Pembinaan Karakter di Sekolah

Sementara itu, Dr. Salma, Kasi PAI Kankemenag Kabupaten Demak, menegaskan bahwa ROHIS memiliki kontribusi strategis dalam membentuk generasi yang moderat dan berakhlak mulia. Ia menekankan bahwa ROHIS perlu menjadi ruang pembinaan yang ramah, terbuka, dan membangun. “ROHIS harus menjadi ruang aman bagi siswa untuk bertumbuh. ROHIS harus membina, bukan menekan. ROHIS harus mempersatukan, bukan memecah,” tegasnya. Dr. Salma, mengingatkan para pembina bahwa bimbingan yang tepat akan membentuk siswa yang bukan hanya religius, tetapi juga inklusif dan toleran.

Antusiasme Peserta: Wawasan Baru untuk Generasi Baru

Suasana diskusi berlangsung dinamis. Peserta kegiatan menyampaikan bahwa materi ini memberikan wawasan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pendidikan masa kini, terutama terkait penyebaran paham intoleran dan konten ekstrem yang masuk ke sekolah.

Para siswa, terutama pengurus ROHIS, mengaku mendapatkan pemahaman baru tentang cara beragama yang menyejukkan dan membumi. Banyak dari mereka menilai materi tersebut membuka mata tentang pentingnya menjaga kewarasan diri di tengah budaya digital. Seorang siswi SMK menyampaikan, “Kami sering merasa bingung dengan banyaknya informasi di media sosial. Hari ini kami jadi tahu bahwa moderasi itu penting agar kami tidak mudah terseret arus.

Dampak Kegiatan: Langkah Strategis menuju Demak Berakhlak

Kegiatan ini bukan hanya penyampaian materi, tetapi juga bentuk kolaborasi antara pemerintah daerah, Kemenag, pendidik, dan akademisi untuk memperkuat pondasi karakter generasi muda. Dr. Aji memberikan gambaran jelas bahwa generasi waras adalah generasi yang mampu: 1) mengelola emosi; 2) menggunakan akal sehat; 3) memfilter informasi; 4) menghargai perbedaan; 5) setia pada nilai-nilai kebangsaan; 6) dan memiliki kompas hidup yang kokoh. Semua ini selaras dengan arah pembangunan karakter Kabupaten Demak yang menempatkan akhlak, moderasi, dan kebangsaan sebagai tiga pilar utama.

Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama ini menjadi salah satu agenda penting yang menegaskan komitmen Demak dalam mewujudkan pelajar yang berakhlak, cerdas, dan moderat. Pemikiran Dr. Muhammad Aji Nugroho memberikan ruang refleksi bagi semua pihak bahwa di era yang semakin bising, moderasi beragama merupakan kebutuhan fundamental bagi keberlangsungan generasi mendatang. Dengan materi “Generasi Waras di Era Bising: Moderasi Beragama sebagai Kompas Hidup,” kegiatan ini diharapkan menjadi pemantik semangat baru di lingkungan ROHIS dan seluruh sekolah di Kabupaten Demak, agar terus menanamkan nilai-nilai damai, toleran, dan berimbang bagi seluruh peserta didik. (MAN).

Dengarkan Teks