UNLIMITEDDESTINATION
If plane just can take you to specific Country
we can take you to everyplace with knowledge
"postgraduate"
Center of

Green Wasathiyah

Campus
International CLASS
Interdisciplinary COLLOQUIUM
Anualy Interdisciplinary Colloquium with International Guest Speaker
Center for Civilization Studies
cross-science civilization from the center of the civilization-building campus
Previous slide
Next slide

INTERDISCIPLINARY COLLOQUIUM “MODERASI BERAGAMA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIDISIPLINER” & LAUNCHING JOURNAL IJORESH

Pada hari Rabu, tanggal 16 Februari 2022 Program Pascasarjana IAIN Salatiga melalui Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam telah menyelenggarakan Interdisciplinary Colloquium & Launching Journal IJORESH dengan tema “Moderasi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam Berbasis Multidisipliner”. Narasumber dalam acara Interdisciplinary Colloquium adalah Prof. Dr. Waston, M.Hum Guru Besar Filsafat dan Agama Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan moderator Prof. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. Acara diawali sambutan Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Salatiga, kemudian dilanjutkan sambutan Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga dan sekaligus launching journal Indonesian Journal of Religion Spirituality and Humanity (IJORESH). Acara diikuti oleh Pengelola Program Pascasarjana IAIN Salatiga, Dosen dan tenaga kependidikan, Mahasiswa serta 385 peserta dari berbagai perguruan tinggi diluar IAIN Salatiga. Berikut inti yang disampaikan Narasumber sebagai berikut: Tentunya tidak semua prodi Pendidkan Agama Islam (PAI) harus membawa identitas multikultural ataupun moderasi beragama, namun yang lebih penting dari identitas adalah kualitas muatan dan aktivitasnya. Muatan dan aktivitas terkait erat dengan perspektif keilmuan. Tanpa perspektif berfikir multidimensional maka kepekaan dalam melihat realitas yang beragam tidak akan terasah dan tidak akan dilakukan dengan kesungguhan. Salah-salah, hanya memunculkan lazy tolerance (toleransi yang tidak sungguh-sungguh, amung lamis dalam bahasa Jawa). Maka untuk mengupayakan PAI Bermoderasi, atau PAI yang jauh dari citra intoleran atau pun radikal, harus dimulai dengan berfikir multidimensional.

          Selanjutnya secara metodologis, perspektif multidimensional tersebut dijalankan dengan kemauan untuk melibatkan ilmu-ilmu (disiplin) lain yang terkait, baik dilakukan secara multidisiplin, interdisiplin, maupun transdisiplin. PAI yang terbuka dengan keilmuan lain akan tumbuh lebih responsif terhadap realitas di sekitarnya, sehingga tidak akan mudah terjebak pada paradigma sempit dan eksklusif. Akhirnya PAI yang bermoderasi akan menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi relijius, berakhlak mulia, dan berilmu yang waskita.