Tag: magister
Pengumuman PMB 2020/2021
- Penulis artikel Oleh admin pascasarjana
- Tanggal artikel 10 Agustus 2020
Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Baru Program Pascasarjana Periode Februari - 8 Agustus 2020
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Berdasarkan Rapat Sidang Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun Akademik 2020/2021 Periode tanggal 25 Fabruari 2020 hingga 8 Agustus 2020, maka nama-nama dalam pengumuman dalam ini dinyatakan DITERIMA sebagai Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun Akademik 2020/2021
Perpanjangan Jadwal PMB
- Penulis artikel Oleh admin pascasarjana
- Tanggal artikel 22 Juli 2020
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Salam semangat dan sehat selalu untuk kita semua di masa pemulihan dari pandemi Covid-19 ini. Buat kalian lulusan S1 yang ingin melanjutkan ke jenjang Magister di Program Pascasarjana IAIN Salatiga Tahun Akademik 2020/2021 kami memberikan kesempatan waktu yang lebih panjang hingga 21 Agustus 2020.
Berikut pengumuman resmi dari pengelola Program Pascasarjana IAIN Salatiga.
Adapun Program Studi yang sangat populer adalah
- S2 – Pendidikan Agama Islam
- S2 – Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
- S2 – Ekonomi Syariah
Ayo segera registrasi.
Ikuti Media Sosial kami untuk informasi lebih Up to Date
Facebook Instagram Youtube
jangan lupa untuk like, share, dan Subscribe.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
BUKU PEDOMAN PENULISAN TESIS
- Penulis artikel Oleh admin pascasarjana
- Tanggal artikel 20 Juli 2020
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Berikut kami sampaikan Buku Pedoman Penulisan Tesis untuk Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Semoga dengan adanya Buku Pedoman tersebut dapat mempermudah Mahasiswa Program Pascasarjana dalam penulisan Tesisnya
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
>>>Download File disini jika tidak tampil dalam web<<<
Penerima E-Sertifikat Interdisciplinary Colloquium Program Pascasarjana 11 Juli 2020
- Penulis artikel Oleh admin pascasarjana
- Tanggal artikel 12 Juli 2020
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Alhamdulillah Webinar Interdisciplinary Colloquium Program Pascasarjana dengan tema “Outlook Peluang Kerja Sarjana Ekonomi Syariah Era New Normal” telah terlaksana dengan sangat lancar dan harmoni. Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh peserta Webinar yang bisa bergabung ke dalam aplikasi Zoom Meeting untuk mengikuti Webinar, tak luput juga kami sampaikan terimakasih kepada peserta dan penonton yang mengikuti siaran langsung kami di platorm Youtube, sungguh menjadi kebanggaan kami bisa membagikan ilmu kepada sesama.
Acara yang dihadiri oleh Bapak Prof. Dr. Muhammad, M.Ag. merupakan Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah Pusat, Jakarta sebagai Narasumber utama dan berkolaborasi dengan Bapak Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.S.I. Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga mengusung konten yang sangat menarik dari kedua Narasumber tersebut.
Adapun acara tersebut dimoderatori oleh Bapak Dr. H. Muhammad Nursikin, S.Ag., M.Si. yang juga menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Syariah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dengan peserta live aktif di zoom dan live streaming di Channel Youtube .
Berikut adalah daftar hadir acara guna pendistribusian E-Sertfikat.
Download E-Sertfikat.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Berfikir Positif Itu Menyehatkan
- Penulis artikel Oleh admin pascasarjana
- Tanggal artikel 12 Mei 2020
Salah satu pelajaran yang penulis terima, dan penulis merasa berat mempraktekkannya adalah tentang kesiapan jiwa. Tingkat kesiapan dan kematangan jiwa kita, antara lain, tercermin ketika melihat dan berpapasan dengan makhluk yang kebetulan kurang berkenan di hati kita, misalnya ada orang yang menurut penglihatan kita berperangai kurang baik, ada orang tertimpa sesuatu yang yang menurut penglihatan kita kurang berkenan atau ada orang yang mengambil keputusan yang berpotensi mengundang cibiran khalayak ramai.
Pada level pertama, ketika kita melihat sesuatu yang kurang berkenan tadi, kita dianjurkan untuk membaca “nau´dhu billah min dhalik” (kita berlindung pada Allah dari kondisi seperti itu). Pada level kedua kita dianjurkan untuk membaca “baraka Allah fih in kana fih khayr” (semoga Allah memberkatinya jika memang ada kebaikan padanya). Pada level ketiga, kita dianjurkan mengucapkan “baraka Allah fih” (semoga Allah memberkatinya). Ungkapan terakhir ini, terkandung implikasi harapan yang tulus bahwa makhluk yang tadi dilihat itu diberkati Allah. Kalaupun ada yang kurang baik pada makhluk itu, dia mendoakan agar makhluk tersebut diberkahi Allah sehingga tertuntun ke arah kebaikan. Dalam tataran ideal, orang yang mengucapkan frase terakhir ini berusaha untuk selalu berpikir positif pada makhluk lain, dan tidak menilai makhluk lain semata dari penampilan lahiriyahnya.
Ini mengingatkan penulis pada cerita yang kadang dikutip para ´ulama´ tentang seseorang yang ditakdirkan menjadi wali sejak di buaian ibunya. Dikisahkan, suatu hari, wali tersebut diteteki ibunya. Tiba-tiba lewat di depan rumah, seorang lelaki berkuda, yang gagah berani, dan berpakaian mempesona. Ibu tersebut terkesan dengan orang yang baru saja lewat, seraya berujar, “Ya Allah jadikanlah anakku seperti orang itu”. Tapi anak itu bereaksi negatif, dengan sedikit menggigit puting ibunya sehingga sang ibu terperanjat. Selang beberapa saat, ada seorang wanita yang diseret-seret beberapa orang, yang meneriakkan yel-yel (layaknya cheer leaders), “kamu pezina, kamu pezina!”. Melihat kejadian itu sang ibu berujar, “Na´udhu billah, semoga anakku nanti tidak jadi seperti dia”. Tapi anak itu bereaksi negatif, dengan sekali lagi sedikit menggigit puting ibunya. Sang ibu itu pun heran. Sang anak kemudian diberi anugerah Allah untuk menjelaskan kepada ibunya. Si anak pun lantas berujar, “Wahai Ibu, orang laki-laki yang ibu lihat tadi, adalah orang yang sangat ingkar pada Allah. Sedangkan perempuan yang dituduh berzina itu adalah orang yang bersih hatinya dan pasrah secara total pada Allah. Dia tidak mengharapkan bantuan selain Allah ketika disiksa makhluk seraya berucap, “hasbiya Allah” (cukuplah Allah (saja yang menolongku)).
Ini juga mengingatkan penulis pada kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as, yang diangkat Al-Qur´an. Kisah ini antara lain memberikan pesan pada umat manusia untuk tidak terburu-buru untuk menghakimi sesuatu berdasarkan penampakan lahiriyahnya semata. Para ´ulama sering mengingatkan kita untuk tidak tergesa-gesa menghukumi seseorang sebagai kafir, karena kalau ternyata si tertuduh tadi tidak seperti yang dituduhkan, maka tuduhan itu berpotensi untuk kembali pada kita sendiri.
Sementara ´ulama´ menggarisbawahi pentingnya seorang anak manusia untuk memiliki seorang guru, apa pun namanya (ustadh, kyai, sheikh, murabbi atau yang sebangsanya), yang bisa mengajarkan manusia tersebut untuk senantiasa bersikap rendah hati pada kebenaran, tidak tergesa-gesa menarik kesimpulan pada hal-hal yang belum semestinya disimpulkan (dalam hal ini, sebagai intermezzo, makhluk tersebut bisa menarik-narik kolor dulu, misalnya, daripada bete), menjaga hatinya dari apriopri dan berprasangka buruk pada makhluk lain (apa lagi kalau sampai melakukan pembunuhan karakter)) serta menjaga hatinya dari rasa bangga yang terlalu berlebihan.
Di penghujung tulisan ini, penulis mengajak pembaca dan terutama penulis sendiri untuk merenungi salah satu hadith. Hadith tersebut adalah, “Ada tiga hal yang bisa membawa seseorang pada keselamatan, dan ada tiga hal pula yang bisa menjerumuskan seseorang pada kebinasaan. Adapun tiga hal yang menyelamatkan itu adalah takwa pada Allah baik dalam keadaan sepi maupun ramai, konsisten mengatakan kebenaran ketika dalam kondisi benci dan ridha, senantiasa sederhana dalam kondisi kaya maupun papa. Adapun tiga hal yang membinasakan itu adalah hawa nafsu yang diperturutkan, kikir yang diperturutkan, dan rasa bangga yang berlebihan pada dirinya”.
~Asfa Widiyanto~