Kategori
Berita

MENJEMBATANI TRADISI DAN KONTEKS: KAJIAN KOMPARATIF KURIKULUM ISLAM INDIA–INDONESIA DALAM SIDANG DISERTASI UIN SALATIGA

Salatiga (14/07/2025) – Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga kembali menggelar ujian tertutup disertasi untuk mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI). Kali ini, sidang disertasi dilangsungkan untuk mahasiswa asal India yang meneliti secara komparatif dua lembaga pendidikan Islam tradisional berpengaruh: Darul Uloom Deoband (Uttar Pradesh, India) dan Pondok Pesantren API Tegalrejo(Magelang, Jawa Tengah, Indonesia). Ujian disertasi berlangsung pada Senin, 14 Juli 2025di Aula Lantai 3 Gedung Pascasarjana, mulai pukul 09.00–11.00 WIB, dengan suasana akademik yang kritis, dinamis, dan konstruktif.

Disertasi berjudul A Comparative Analysis of Curriculum and Its Implementation in Darul Uloom Deoband, Uttar Pradesh, India and Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, Central Java, Indonesia ini dibimbing oleh Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA. (Promotor) dan Noor Malihah, S.Pd., M.Hum., Ph.D. (Co-Promotor). Dewan penguji terdiri dari: Dr. Ruwandi, MA (Ketua/Penguji), Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I (Sekretaris/Penguji), Prof. Dr. Raharjo, M.Ed. St. (Penguji Eksternal), Prof. Dr. Miftahuddin, M.Ag. (penguji), dan Prof. Dr. Sa’adi, M.Ag. (penguji).

Penelitian ini menjawab tiga pertanyaan fundamental: (1) Apa kurikulum yang digunakan di kedua institusi? (2) Bagaimana kurikulum tersebut diterapkan dalam konteks masing-masing? (3) Apa yang melatarbelakangi kesamaan dan perbedaan implementasinya?. Menggunakan metode kualitatif berbasis studi dokumen, wawancara, dan observasi lapangan, penulis menyusun analisis menyeluruh atas aspek-aspek penting: struktur kurikulum, pendekatan pedagogis, media pembelajaran, strategi evaluasi, serta dinamika kelembagaan.

Beberapa temuan signifikan dari disertasi ini antara lain: 1) Kesamaan mendasar: Kedua lembaga menjadikan tata bahasa Arab (Nahwu-Sharaf),ilmu Hadis, Tafsir, dan Fiqh sebagai inti kurikulum, menunjukkan akar yang kuat dalam tradisi pendidikan Islam klasik; 2) Perbedaan dalam pendekatan: Darul Uloom Deoband menerapkan pendekatan tekstual dan terstruktur, berlandaskan mazhab Hanafi, dengan penekanan pada taḥqīq nushūṣ (kritik teks) dan hafalan, dalam format ceramah satu arah (lecture-based), sedangkan API Tegalrejo, meskipun berpijak pada kurikulum salaf, mengedepankan kontekstualisasi dan pengembangan karakter, dengan pengaruh mazhab Syafi’i, serta pendekatan yang lebih partisipatif dan adaptif terhadap kebutuhan santri dan realitas lokal; 3) Evaluasi dan media: Deoband cenderung menggunakan evaluasi berbasis hafalan dan penguasaan teks, sedangkan Tegalrejo menekankan evaluasi yang lebih holistik, mencakup kepribadian, kedisiplinan, dan keterlibatan sosial; 4) Faktor pembeda utama: Perbedaan yang muncul bukan hanya berasal dari perbedaan mazhab atau geografi, melainkan juga karena sejarah institusi, konteks politik dan budaya, serta tingkat keterlibatan dengan sistem pendidikan nasional di masing-masing negara.

Disertasi ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan kajian pendidikan Islam, khususnya dalam memahami keragaman praktik pesantren tradisional dalam konteks global. Analisis komparatif ini membuktikan bahwa meskipun pesantren dan madrasah tradisional berakar pada sistem klasik, mereka mampu bertransformasi dan beradaptasi tanpa kehilangan identitas teologis dan spiritualnya. Lebih dari sekadar membandingkan dua sistem, penelitian ini menawarkan perspektif tentang bagaimana pendidikan Islam bisa bersifat universal namun tetap kontekstual, sebuah pelajaran penting dalam era globalisasi dan transformasi sosial saat ini.

Kegiatan ujian tertutup ini sekaligus menandai komitmen Pascasarjana UIN Salatiga dalam menghadirkan forum akademik lintas bangsa. Kehadiran mahasiswa asing yang mengangkat isu-isu mendalam tentang pendidikan Islam menjadi cerminan dari posisi strategis UIN Salatiga dalam jejaring intelektual global.

Pascasarjana UIN Salatiga akan terus mendorong lahirnya riset-riset unggulan yang menjembatani nilai-nilai tradisi dengan kebutuhan kontemporer, memperluas horizon pemikiran Islam yang inklusif, kritis, dan solutif. (MAN)

Kategori
Berita

Soft Launching Cepaso Reborn: Menguatkan Moderasi Beragama dan Literasi Politik melalui Wednesday Forum

Salatiga, 9 Juli 2025 – Soft launching Cepaso Reborn berlangsung meriah dan penuh gagasan dalam forum ilmiah bertajuk “Moderasi Beragama dan Literasi Politik, Manakah yang Lebih Penting?”. Acara ini digelar di AULA Lantai 3 Gedung Pascasarjana UIN Salatiga dan menjadi langkah awal revitalisasi pusat studi yang fokus pada isu pendidikan, perdamaian, dan keadilan sosial.

Dalam opening speech, Direktur Eksekutif Cepaso Dr. Muhammad Aji Nugroho membuka forum dengan menggarisbawahi empat isu strategis yang menjadi dasar pentingnya kajian moderasi beragama dan literasi politik di Indonesia saat ini: 1) meningkatnya gejala ekstremisme berbasis agama, 2) rendahnya kesadaran dan partisipasi politik berbasis literasi, 3) keterbelahan sosial akibat polarisasi politik identitas, serta 4) perlunya integrasi pendidikan keagamaan moderat dengan kesadaran politik kewargaan. Keempat isu tersebut menurutnya menjadi ruang kerja utama Cepaso dalam menjawab tantangan sosial-keagamaan kontemporer.

Cepaso, singkatan dari Center for Education, Peace, and Social Justice, merupakan pusat studi di bawah Pascasarjana UIN Salatiga yang bergerak di bidang pengembangan kegiatan ilmiah berbasis riset dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai ruang akademik dan advokasi, Cepaso berkomitmen mendorong integrasi antara nilai-nilai pendidikan, perdamaian, serta keadilan sosial dalam rangka membentuk masyarakat yang toleran, demokratis, dan adil secara struktural.

Forum ini menghadirkan dua narasumber utama yang mumpuni di bidangnya: Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA, dan  Sukron Ma’mun, Ph.D. dua akademisi terkemuka dalam bidang studi Islam dan sosial-politik. Diskusi dipantik oleh Dr. Fahri, dosen Pascasarjana UIN Salatiga, yang menyampaikan prolog intelektual untuk membangun jembatan pemikiran antara dua ranah tersebut. Kedua narasumber sepakat bahwa moderasi beragama dan literasi politik tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling menopang dalam membentuk warga negara yang religius, rasional, dan bertanggung jawab secara sosial-politik.

Forum berlangsung dengan antusiasme tinggi. Peserta yang terdiri dari  direktur dan wakil direktur Pascasarjana, kaprodi dan sekprodi, mahasiswa Magister dan Doktor, serta tamu eksternal dari berbagai lembaga seperti Balai Litbang Agama Semarang, MUI Kota Salatiga, Kemenag Kota Salatiga, Kesbangpol Kota Salatiga, FKUB, Percik UKSW, PCNU, PD Muhammadiyah, hingga Kapus Wasathiyah Islam UIN Salatiga, terlibat aktif dalam merefleksi tema kajian yang dibahas. Diskusi berlangsung dinamis, penuh semangat kolaboratif, dan memperlihatkan kepedulian kolektif terhadap masa depan keberagamaan dan demokrasi di Indonesia.

Para narasumber menggarisbawahi bahwa moderasi beragama berfungsi sebagai penyangga moral dan etik dalam kehidupan sosial, sementara literasi politik berperan sebagai instrumen rasionalitas warga dalam mengakses dan mengontrol kekuasaan secara demokratis. Kombinasi keduanya menjadi fondasi penting bagi pembangunan masyarakat yang adil, damai, dan partisipatif.

Kegiatan ini sekaligus menjadi agenda rutin Program Doktor PAI Pascasarjana UIN Salatiga dalam rangka mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa atas isu-isu yang relevan dengan riset mereka. Forum ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga arena untuk menguji dan memperkaya perspektif akademik berbasis lapangan dan konteks kekinian.

#CepasoReborn #UINSalatiga #ModerasiBeragama #LiterasiPolitik #PascasarjanaUINSalatiga #WednesdayForum #DoktorPAI

Kategori
Berita

Mahasiswa Asal India Gelar Seminar Hasil Disertasi tentang Kurikulum Deoband India dan Pesantren API Tegalrejo di UIN Salatiga

Salatiga, 5 Juli 2025 — Pascasarjana UIN Salatiga kembali menjadi ruang dialog intelektual lintas negara. Seorang mahasiswa Program Doktor asal India yang bernama Anzar Aquil mempresentasikan hasil penelitiannya dalam ujian seminar hasil disertasi bertajuk “A Comparative Analysis of Curriculum and its Implementation in Darul Uloom Deoband, India and Pondok Pesantren API Tegalrejo, Indonesia” pada Jumat (4/7), bertempat di Aula Lantai 3 Gedung Pascasarjana UIN Salatiga.

Penelitian ini membandingkan dua institusi pendidikan Islam klasik yang memiliki akar sejarah panjang dan pengaruh luas di dunia Islam, yakni Darul Uloom Deoband di Uttar Pradesh, India, dan Pondok Pesantren API Tegalrejo di Magelang, Indonesia.

Menggunakan metode kualitatif—melalui studi dokumen, wawancara, dan observasi lapangan—peneliti menyoroti perbedaan dalam kurikulum, metode pembelajaran, media ajar, strategi evaluasi, serta tantangan kelembagaan di masing-masing institusi. Temuan menarik muncul dari analisis bahwa API Tegalrejo menunjukkan pendekatan yang lebih adaptif dan kontekstual, sementara Deoband mempertahankan struktur kurikulum Dars-e-Nizami yang rigid dengan pendekatan pengajaran berbasis kuliah formal dan dominasi fiqh Hanafi.

“Keduanya menaruh perhatian besar pada disiplin ilmu inti seperti Nahwu, Hadits, Tafsir, dan Fiqh, namun terdapat perbedaan signifikan dalam orientasi, pendekatan pedagogis, dan tujuan kelembagaan,” ujar Anzar Aquil saat pemaparan.

Seminar hasil ini dipimpin oleh Dr. Ruwandi, MA sebagai Ketua Penguji, dengan Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I. sebagai Sekretaris Penguji. Hadir pula Prof. Dr. Rahardjo, M.Ed.St. sebagai Penguji Eksternal, serta Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA sebagai Promotor dan Noor Malihah, PhD sebagai Copromotor.

Para penguji memberikan catatan dan apresiasi atas kontribusi disertasi ini terhadap studi pendidikan Islam lintas negara. Pendekatan yang digunakan tidak hanya mengungkap dimensi kurikulum, tetapi juga menempatkan pendidikan Islam dalam konteks global dan lokal secara kritis.

Sebagai mahasiswa internasional, kehadiran peneliti dari India ini memperkaya dinamika akademik di lingkungan UIN Salatiga. Studi komparatif lintas budaya ini menjadi bukti bahwa UIN Salatiga terus membuka ruang bagi kolaborasi keilmuan yang melintasi batas geografis dan tradisi pemikiran. (KHAN)

Kategori
Berita

Disertasi Tanpa Batas: Kuliah Tamu dan Klinik Ilmiah di Situs Sejarah Gedong Songo

Semarang, 3 Mei 2025 — Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Salatiga menggelar kegiatan kuliah tamu dan klinik penulisan disertasi di lokasi bersejarah Candi Gedong Songo, Bandungan, Kabupaten Semarang. Dengan tema “Disertasi Tanpa Batas,” acara ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang pentingnya riset yang berbasis pada pengembangan argumen yang kuat dan berbukti. Kuliah tamu yang menghadirkan Prof. Lena Salaymeh dari Université Paris Sciences et Lettres, Prancis, membawa perspektif baru bagi mahasiswa doktoral tentang bagaimana riset mereka bisa lebih dari sekadar penulisan, tetapi juga menghasilkan kontribusi yang signifikan dalam dunia akademik.

Dalam kuliah utamanya, Prof. Lena menguraikan teori pengembangan argumen dalam riset disertasi, yang menurutnya harus didasarkan pada tiga pilar utama: klaim, bukti, dan relevansi. Ia menjelaskan bahwa setiap disertasi harus dimulai dengan sebuah klaim yang jelas—suatu pernyataan atau pertanyaan yang memerlukan pembuktian ilmiah. “Argumen yang kuat harus diawali dengan pertanyaan yang signifikan dan relevan, kemudian dibangun dengan bukti yang dapat diuji dan diverifikasi,” ujar Prof. Lena. Hal ini menggugah mahasiswa untuk tidak hanya mengemukakan opini pribadi, tetapi untuk membuktikan ide mereka dengan data yang solid dan metodologi yang tepat.

Selanjutnya, sesi klinik disertasi dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan fokus riset yang berbeda: pendidikan Islam, wasathiyah (Islam moderat), pesantren, dan integrasi ilmu-ilmu keislaman dengan keilmuan lain. Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan proposal riset mereka, yang kemudian dianalisis melalui pendekatan teori pengembangan argumen. Dalam sesi ini, para mahasiswa didorong untuk memperkuat klaim utama mereka dengan mengidentifikasi bukti empiris dan teoritik yang relevan. Pengembangan argumen di sini juga mengharuskan mahasiswa untuk mendiskusikan bagaimana bukti yang mereka gunakan dapat menjawab pertanyaan penelitian mereka secara terukur dan teruji.

Para fasilitator, termasuk Dr. M. Aji Nugroho dan Dr. Maslikhatul Umami, mengarahkan mahasiswa untuk lebih mengedepankan logika deduktif dan induktif dalam menyusun argumen mereka. Mereka diberi tantangan untuk merumuskan argumentasi yang tidak hanya menguatkan klaim, tetapi juga membangun hubungan yang jelas antara teori yang digunakan, data yang ditemukan, dan temuan yang akan dibawa ke ranah akademik. “Disertasi tidak hanya tentang menulis, tetapi tentang membangun jembatan antara teori dan praktik. Anda harus menunjukkan bagaimana argumen Anda berbicara dalam konteks yang lebih luas,” ujar Dr. Aji.

Dalam sesi tanya jawab, Prof. Lena juga menekankan pentingnya mahasiswa untuk menghindari generalizations atau kesimpulan yang terlalu luas tanpa didukung bukti yang kuat. “Setiap klaim dalam disertasi harus diuji dengan data yang konkret, relevan, dan transparan. Tanpa itu, disertasi Anda akan kehilangan kredibilitas dan nilai ilmiahnya,” tambah Prof. Lena. Dengan teori pengembangan argumen yang diajarkan, para peserta mulai memahami bagaimana memformulasikan disertasi mereka sebagai kontribusi asli dalam diskursus ilmiah yang lebih besar, bukan sekadar dokumentasi masalah yang ada.

Di akhir acara, Prof. Asfa Widiyanto, Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan mahasiswa doktoral pengalaman langsung dalam menyusun argumen riset yang berbasis pada bukti dan relevansi sosial. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya lulus dengan disertasi yang formal, tetapi menghasilkan karya yang memecahkan masalah nyata, berdasarkan bukti yang valid dan logis,” ujarnya.

Kegiatan ini memberikan penguatan kepada para mahasiswa doktoral untuk melihat disertasi mereka sebagai karya yang lebih dari sekadar tugas akademik, tetapi sebagai sumbangan berharga dalam dunia keilmuan, yang dibangun di atas argumen yang solid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (MAN)

Kategori
Berita

Menemukan Argumen, Menyusun Bukti: Klinik Disertasi di Candi Gedong Songo

Bandungan, 3 Mei 2025 – Dalam upaya membentuk tradisi riset doktoral yang kokoh dan berbasis evidensi, Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Salatiga menyelenggarakan Klinik Penulisan Proposal Disertasi bertajuk “Menemukan Argumen, Menyusun Bukti”. Bertempat di kompleks Candi Gedong Songo, kegiatan ini menghadirkan atmosfer akademik yang serius, reflektif, dan sekaligus inspiratif. Klinik ini menjadi titik temu antara narasi tradisi keilmuan lokal dengan pendekatan akademik global yang ketat dan rasional.

Sebagai narasumber utama, Prof. Lena Salaymeh dari Université Paris Sciences et Lettres, Prancis, menyampaikan pengantar umum mengenai pentingnya membedakan opini dari argumen dalam konteks penulisan disertasi. Ia menegaskan bahwa riset doktoral harus dilandasi oleh problem riset yang nyata, dan bukan sekadar gagasan abstrak atau kecenderungan pribadi. “Argumen yang valid hanya lahir ketika ada hubungan logis yang kuat antara pertanyaan penelitian, teori, dan data. Tanpa evidensi yang sahih, disertasi hanya menjadi opini panjang yang tidak ilmiah,” ujar Prof. Lena dalam pembukaan sesi klinik.

Setelah paparan awal, proses klinik dilanjutkan dengan pembagian mahasiswa ke dalam empat kelompok berdasarkan kesamaan fokus riset mereka, yaitu: (1) Pendidikan Islam dan Kurikulum, (2) Wasathiyah Islam dalam praktik sosial-keagamaan, (3) Studi tentang Pesantren, dan (4) Integrasi dan Interkoneksi antara ilmu keislaman dan keilmuan modern. Pembagian ini bertujuan untuk menciptakan diskusi yang lebih mendalam dan relevan di antara peserta dengan topik yang serupa.

Masing-masing kelompok didampingi oleh fasilitator dari tim dosen Pascasarjana, yakni Dr. M. Aji Nugroho dan Dr. Maslikhatul Umami, serta mendapat penguatan langsung dari Prof. Lena dalam sesi-sesi observasi dan intervensi kritis. Setiap peserta diminta mempresentasikan struktur argumen utama disertasinya, termasuk bagaimana mereka merumuskan latar belakang masalah, tujuan, dan pendekatan metodologis yang digunakan untuk membangun klaim ilmiah yang dapat diuji.

Prof. Lena secara khusus memberikan umpan balik dengan menekankan pentingnya research justification yang berbasis data dan relevansi konteks. “Mahasiswa doktoral harus berhenti membuat klaim umum seperti ‘Islam itu moderat’ tanpa menjelaskan: moderat dalam hal apa, pada siapa, kapan, dan didasarkan pada data apa. Itulah fungsi riset: menyusun bukti untuk mendukung klaim,” tegasnya. Ia juga mendorong agar mahasiswa tidak hanya mengutip literatur, tetapi juga menunjukkan keterkaitan literatur tersebut dengan argumen inti mereka.

Prof. Asfa Widiyanto, selaku Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, menyambut baik pendekatan klinis yang digunakan dalam kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat strategis dalam meningkatkan kualitas akademik mahasiswa doktor. “Kami tidak ingin mahasiswa hanya menyelesaikan disertasi, tetapi kami ingin mereka memproduksi pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan dapat berdampak bagi masyarakat luas,” jelasnya.

Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi, baik dalam sesi diskusi kelompok maupun saat mempresentasikan ulang hasil revisi dan refleksi mereka. Beberapa mahasiswa mengakui bahwa mereka sebelumnya terlalu fokus pada “ide besar” tanpa tahu bagaimana membuktikannya secara konkret. Klinik ini menjadi ruang koreksi sekaligus pembelajaran mendalam tentang pentingnya validitas akademik dalam setiap elemen proposal. Dengan menggabungkan pendekatan analitis khas akademisi internasional dan pemahaman lokal atas konteks sosial-keagamaan, Klinik Disertasi ini menjadi bukti komitmen Pascasarjana UIN Salatiga dalam memfasilitasi riset doktoral yang tidak hanya kuat secara metodologis, tetapi juga relevan secara sosial dan bermakna secara keilmuan. (MAN)

Kategori
Berita

Agama dan Dekolonisasi Pengetahuan: Prof. Salman Sayyid Tawarkan Perspektif Pembebasan dari Kolonialitas Global

Salatiga – Dalam rangkaian Interdisciplinary Colloquium bertema Religion and Decolonial Studies yang digelar pada Jumat, 2 Mei 2025, Pascasarjana UIN Salatiga menghadirkan pemikir Muslim terkemuka, Prof. Salman Sayyid dari University of Leeds, Inggris. Dalam sesi yang penuh energi intelektual tersebut, Prof. Sayyid menyampaikan paparan tajam mengenai posisi Islam dalam struktur pengetahuan global yang masih dibayangi kolonialitas.

Dalam paparannya, Prof. Salman Sayyid menekankan bahwa kolonialisme tidak hanya merupakan bentuk penjajahan fisik atau ekonomi oleh negara-negara Barat atas wilayah-wilayah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, tetapi yang lebih penting adalah warisan epistemologisnya, yang disebut sebagai coloniality. Kolonialitas merupakan cara berpikir, sistem nilai, dan struktur pengetahuan yang melegitimasi dominasi Barat sebagai pusat rasionalitas, kemajuan, dan kebenaran universal.

Menurut Sayyid, dunia pascakolonial masih sangat dipengaruhi oleh kerangka berpikir kolonial—di mana “Barat” diposisikan sebagai aktor utama dalam produksi pengetahuan, sedangkan masyarakat non-Barat seringkali direduksi sebagai objek studi, atau bahkan sebagai “yang tertinggal.” Dalam konteks ini, Islam sebagai agama dan peradaban global seringkali dikonstruksikan secara negatif melalui lensa orientalis, terjebak dalam narasi kekerasan, stagnasi, dan ketertinggalan.

Maka, pendekatan decolonial bagi Sayyid berarti melakukan epistemic disobedience—membongkar dan menantang narasi-narasi hegemonik tentang Agama, Identitas, dan Modernitas. Ia menyerukan untuk merebut kembali definisidiri, sejarah, dan masa depan mereka di luar logika kolonial yang menundukkan dan meminggirkan. (MAN)