Salatiga, Juli 2025 — Dalam upaya mendorong percepatan studi dan meningkatkan kualitas penyusunan disertasi mahasiswa, Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Salatiga secara konsisten menyelenggarakan kegiatan evaluasi dan monitoring progres penulisan tugas akhir secara berkala.
Kegiatan ini bertujuan untuk memantau perkembangan studi mahasiswa secara sistematis, sekaligus menjadi forum akademik terbuka bagi mahasiswa untuk melaporkan kemajuan penulisan disertasinya. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap substansi, metodologi, hingga manajemen waktu dalam penyusunan karya ilmiah tingkat doktoral tersebut.
Dalam momen ini, Prodi juga menyempatkan untuk menyerahkan Surat Keputusan (SK) Penetapan Promotor dan Co-Promotor kepada para mahasiswa yang telah menyelesaikan tahap proposal. Penyerahan SK dilakukan secara simbolis oleh Ketua Program Studi dan Tim Promotor, sebagai bentuk komitmen akademik dan pendampingan intensif selama proses penyusunan disertasi.
Ketua Program Studi Doktor PAI menyampaikan bahwa evaluasi progres penulisan disertasi akan menjadi agenda rutin, agar proses bimbingan berjalan lebih terarah, terstruktur, dan mampu mendeteksi kendala sejak dini. “Program Doktor bukan hanya tentang kelulusan, tapi tentang mutu dan kontribusi keilmuan. Progres report ini menjadi alat ukur agar setiap mahasiswa benar-benar on track dalam penelitiannya,” ungkap beliau.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para mahasiswa, karena selain menjadi forum pelaporan akademik, juga membuka ruang untuk diskusi, masukan, dan penguatan metodologis dari dosen pembimbing maupun promotor.
Dengan adanya pemantauan rutin dan pemberian SK yang tepat waktu, Prodi Doktor PAI menunjukkan keseriusannya dalam menciptakan budaya akademik yang profesional, terukur, dan mendukung percepatan studi mahasiswa. (MAN)
Salatiga, 16 Juli 2025 — Apakah agama dan sains memang ditakdirkan saling menegasikan? Atau justru keduanya bisa bersinergi menjawab krisis dunia modern?. Pertanyaan provokatif ini mengemuka dalam diskusi ilmiah rutin Wednesday Forum yang diadakan oleh Center for Education, Peace and Society Justice (CEPaSo) Pascasarjana UIN Salatiga. Bertempat di Kampus 1 UIN Salatiga, forum yang berlangsung pada Rabu, 16 Juli 2025 ini mengangkat tema kontemporer: “Agama VS Sains: Musuh atau Mitra?”
Diskusi ini menghadirkan dua narasumber pemikir progresif: Dr. Ahmad Fahri Yahya Ainuri, M.Pd., cendekiawan Muslim dan dosen Pascasarjana UIN Salatiga, dan Dr. Yuniar Fahmi Lathif, M.Pd., penulis buku Shalawat Sains yang aktif mengampanyekan integrasi ilmu dan iman dalam dunia pendidikan.
Dalam paparannya, Dr. Ahmad Fahri menegaskan bahwa kemuliaan agama tidak pernah bergantung pada sains. “Agama selamanya akan tetap mulia secara dzat dan sifat tanpa membutuhkan validasi dari pengetahuan lainnya,” ujarnya tegas. Ia mengajak peserta untuk meletakkan agama di tempatnya sebagai sumber nilai dan orientasi moral dalam menjelajahi semesta pengetahuan.
Sementara itu, Dr. Yuniar Fahmi menantang asumsi lama tentang konflik agama dan sains. Menurutnya, dikotomi tersebut adalah warisan masa lalu yang tidak lagi relevan. “Agama dan sains bukan dua kutub yang saling meniadakan, melainkan dua jalan pengetahuan yang bisa saling melengkapi,” ucapnya, sembari mengajak peserta melihat integrasi sebagai jalan masa depan umat.
Dipandu oleh Dimas Nuri Ardiansyah, M.Pd., mahasiswa Program Doktor PAI, diskusi ini melibatkan peserta dari kalangan mahasiswa magister dan doktoral, serta dosen Pascasarjana UIN Salatiga. Suasana forum berlangsung hidup, dengan beragam gagasan dan refleksi kritis mengalir dari berbagai sudut pandang.
Beberapa mahasiswa doktoral bahkan menyampaikan kerangka disertasi mereka yang mencoba memadukan nilai-nilai keislaman dengan pendekatan ilmiah, mulai dari sains lingkungan hingga teknologi pendidikan berbasis nilai spiritual.
Forum ini tidak hanya menjadi ruang berbagi gagasan, tetapi juga menghasilkan beberapa rekomendasi penting yang menjadi catatan strategis bagi pengembangan pendidikan Islam berbasis integrasi keilmuan: 1) Integrasi kurikulum agama dan sains di lembaga pendidikan Islam, agar tercipta generasi yang utuh secara spiritual dan intelektual; 2) Penguatan epistemologi Islam dalam riset dan pembelajaran, agar sains tak melulu netral nilai, tapi berpijak pada etika; 3) Pendidikan karakter ilmiah-religius secara seimbang, sebagai respon terhadap polarisasi antara iman dan rasio dalam dunia pendidikan.
Forum ini juga menyepakati bahwa integrasi agama dan sains bukan sekadar jargon akademik, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjawab tantangan-tantangan mutakhir: krisis ekologi, etika kecerdasan buatan, dan disorientasi moral generasi muda.
Dengan kegiatan seperti Wednesday Forum, CEPaSo Pascasarjana UIN Salatiga menegaskan posisinya sebagai pelopor ruang diskusi ilmiah yang tak hanya reflektif tapi juga transformatif. Menggabungkan agama dan sains bukan soal membandingkan siapa lebih unggul, tapi tentang merancang masa depan ilmu yang bermoral dan spiritualitas yang rasional.
Salatiga, 17 Juli 2025 — Kalau agama hanya berhenti pada materi pelajaran, maka anak-anak hanya akan menghafal—bukan merasa. Tapi bagaimana jika nilai-nilai religius ditanamkan lewat suasana sekolah yang ramah, teduh, dan penuh keteladanan?
Inilah yang menjadi roh dari disertasi doktoral Imam Subqi, mahasiswa Program Doktor PAI Pascasarjana UIN Salatiga, yang memantik diskusi kritis dalam Ujian Seminar Hasil Disertasi bertema: “Internalisasi Nilai Karakter Religius dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti: Studi pada Sekolah Ramah Anak SMP di Kota Salatiga.”
Lebih dari sekadar riset, Imam menyajikan refleksi mendalam tentang wajah pendidikan agama kita hari ini yang masih sering kaku, menakutkan, bahkan menjauhkan siswa dari esensi agama itu sendiri.
Riset lapangan Imam Subqi di SMPN 1 dan SMPN 5 Salatiga membongkar satu fakta penting: anak-anak akan mencintai agama bila mereka merasakannya hadir di keseharian. Mulai dari pembiasaan shalat Dzuhur berjamaah, doa, hingga pembelajaran kontekstual yang melibatkan hati dan pengalaman spiritual.
Imam menyebut lima dimensi karakter religius yang berhasil diinternalisasikan: 1) Iman dan takwa sebagai fondasi; 2) Ritual yang membumi dan rutin; 3)Pengetahuan yang tidak menggurui; 4)Spiritualitas yang terasa; 5)Implikasi sosial yang nyata: sopan, jujur, sehat, bersih, toleran. Dan yang paling penting: semuanya dilakukan tanpa tekanan. Sekolah tidak memaksa, tapi mengundang. Tidak mengancam, tapi merangkul.
Seminar hasil ini dipandu oleh Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A.(Ketua Penguji), Dr. Ruwandi, M.A. (Sekretaris), dan Prof. Dr. H. Abdurahman Kasdi, M.Si., Rektor UIN Sunan Kudus, sebagai penguji eksternal. Hadir pula Prof. Dr. Mansur, M.Ag. sebagai Promotor dan Noor Malihah, Ph.D. sebagai Co-Promotor.
Prof. Abdurahman menyebut disertasi ini sebagai “riset yang bukan hanya relevan, tapi juga bernyawa.” Ia menilai pendekatan fenomenologis yang dipilih Imam sangat tepat untuk menangkap sisi terdalam dari pengalaman spiritual siswa. “Ini lebih dari sekadar data. Ini adalah napas dari proses pendidikan Islam yang manusiawi,” ujarnya.
Setelah dialog kritis selama ujian, Imam Subqi dinyatakan siap menuju tahap Ujian Tertutup Disertasi Doktor. Masukan dari para penguji akan digunakan untuk menyempurnakan karya ilmiahnya, yang punya potensi besar menjadi rujukan dalam pengembangan kurikulum PAI di sekolah-sekolah Indonesia.
Imam mengajak kita melihat bahwa pendidikan agama tidak cukup berhenti di ruang kelas, tetapi harus hidup dalam interaksi, lingkungan, dan pengalaman harian peserta didik. Disertasinya bukan hanya menyoal bagaimana mengajarkan agama, tetapi bagaimana membuat anak-anak jatuh cinta pada nilai-nilai luhur itu—tanpa merasa digurui.
Pascasarjana UIN Salatiga kembali menegaskan komitmennya mencetak doktor-doktor yang tak hanya cerdas berpikir, tapi juga berani bicara dan memberi dampak pada dunia pendidikan.
Salatiga, 17 Juli 2025 – Pascasarjana UIN Salatiga kembali menggelar Ujian Tertutup Disertasi Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI), yang kali ini menghadirkan momen istimewa: Rektor UIN Sunan Kudus, Prof. Dr. H. Abdurahman Kasdi, M.Si., hadir langsung sebagai penguji eksternal.
Ujian yang dilaksanakan di Aula Lantai 3 Gedung Pascasarjana ini menjadi panggung akademik bagi Sri Rokhmiyati, mahasiswa Program Doktor PAI, yang mempertahankan disertasinya berjudul: “Analisis Kebijakan Kurikulum Merdeka dalam Bidang Pendidikan Agama Islam: Implementasi, Problematika, dan Implikasinya pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jawa Tengah.”
Dalam paparannya, Sri Rokhmiyati mengungkap bagaimana kebijakan Kurikulum Merdeka yang idealis ternyata masih menghadapi tantangan serius di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA. Penelitiannya dilakukan secara kualitatif terhadap enam SMA negeri di Jawa Tengah, dengan pendekatan gabungan antara analisis kebijakan dan studi lapangan.
Beberapa problematika utama yang ditemukan mencakup: 1)Minimnya kesiapan guru dalam pedagogi inovatif; 2) Keterbatasan sarana digital; 3) Ketidaksesuaian perangkat ajar dengan arah kurikulum baru; 4) dan kesenjangan capaian antara sekolah yang tergabung dan tidak tergabung dalam program Sekolah Penggerak.
Sri Rokhmiyati juga menegaskan bahwa meskipun Kurikulum Merdeka telah menetapkan arah baru yang menekankan pembelajaran berdiferensiasi dan penguatan karakter, namun implementasinya di sekolah masih memerlukan banyak penguatan, baik dari sisi manajemen sekolah, pelatihan guru, maupun dukungan regulatif.
Ujian ini dipimpin oleh Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA. sebagai Ketua dan Penguji. Susunan penguji lainnya adalah: Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I (Sekretaris dan Penguji) Prof. Dr. H. Abdurahman Kasdi, M.Si. (Penguji Eksternal, Rektor UIN Sunan Kudus), Prof. Dr. Mansur, M.Ag. (Penguji Internal), dan Noor Malihah, S.Pd., M.Hum. (Penguji Internal). Disertasi ini dibimbing oleh Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. sebagai Promotor, dan Prof. Kastolani, M.Ag., Ph.D. sebagai Co-Promotor.
Dalam sesi ujian yang berlangsung lebih dari dua jam, para penguji menyampaikan apresiasi atas kekayaan data lapangan dan keberanian penulis dalam menyoroti kesenjangan antara kebijakan dan praktik. Prof. Abdurahman Kasdi secara khusus memberikan tanggapan bahwa temuan disertasi ini layak menjadi rekomendasi kebijakan pendidikan, bukan hanya di level sekolah, tapi juga bagi pengambil kebijakan nasional.
“Disertasi ini membuka ruang diskusi kritis tentang masa depan pendidikan agama Islam yang tidak hanya berbasis kurikulum, tetapi juga berbasis pada konteks sosial dan kesiapan sumber daya,” ujar Prof. Abdurahman Kasdi dalam salah satu komentarnya.
Di akhir sidang, Siti Rokhmiyati dinyatakan LULUS dengan catatan revisi dan layak untuk dilanjutkan dalam ujian terbuka, yang menjadi bagian dari proses akademik untuk menyempurnakan naskah disertasi. Ujian tertutup ini menjadi bukti bahwa Pascasarjana UIN Salatiga terus mendukung lahirnya penelitian-penelitian kritis yang berdampak nyata bagi pengembangan pendidikan Islam di Indonesia.
Pascasarjana UIN Salatiga mengucapkan selamat kepada Sri Rokhmiyati atas capaian akademik ini. Semoga ilmu dan riset yang telah dilakukan dapat memberikan kontribusi nyata dalam penguatan pendidikan agama Islam di sekolah menengah dan memperkaya diskursus kebijakan pendidikan nasional. (MAN)
Salatiga (14/07/2025) – Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga kembali menggelar ujian tertutup disertasi untuk mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI). Kali ini, sidang disertasi dilangsungkan untuk mahasiswa asal India yang meneliti secara komparatif dua lembaga pendidikan Islam tradisional berpengaruh: Darul Uloom Deoband (Uttar Pradesh, India) dan Pondok Pesantren API Tegalrejo(Magelang, Jawa Tengah, Indonesia). Ujian disertasi berlangsung pada Senin, 14 Juli 2025di Aula Lantai 3 Gedung Pascasarjana, mulai pukul 09.00–11.00 WIB, dengan suasana akademik yang kritis, dinamis, dan konstruktif.
Disertasi berjudul “A Comparative Analysis of Curriculum and Its Implementation in Darul Uloom Deoband, Uttar Pradesh, India and Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, Central Java, Indonesia” ini dibimbing oleh Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA. (Promotor) dan Noor Malihah, S.Pd., M.Hum., Ph.D. (Co-Promotor). Dewan penguji terdiri dari: Dr. Ruwandi, MA (Ketua/Penguji), Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I (Sekretaris/Penguji), Prof. Dr. Raharjo, M.Ed. St. (Penguji Eksternal), Prof. Dr. Miftahuddin, M.Ag. (penguji), dan Prof. Dr. Sa’adi, M.Ag. (penguji).
Penelitian ini menjawab tiga pertanyaan fundamental: (1) Apa kurikulum yang digunakan di kedua institusi? (2) Bagaimana kurikulum tersebut diterapkan dalam konteks masing-masing? (3) Apa yang melatarbelakangi kesamaan dan perbedaan implementasinya?. Menggunakan metode kualitatif berbasis studi dokumen, wawancara, dan observasi lapangan, penulis menyusun analisis menyeluruh atas aspek-aspek penting: struktur kurikulum, pendekatan pedagogis, media pembelajaran, strategi evaluasi, serta dinamika kelembagaan.
Beberapa temuan signifikan dari disertasi ini antara lain: 1) Kesamaan mendasar: Kedua lembaga menjadikan tata bahasa Arab (Nahwu-Sharaf),ilmu Hadis, Tafsir, dan Fiqh sebagai inti kurikulum, menunjukkan akar yang kuat dalam tradisi pendidikan Islam klasik; 2) Perbedaan dalam pendekatan: Darul Uloom Deoband menerapkan pendekatan tekstual dan terstruktur, berlandaskan mazhab Hanafi, dengan penekanan pada taḥqīq nushūṣ (kritik teks) dan hafalan, dalam format ceramah satu arah (lecture-based), sedangkan API Tegalrejo, meskipun berpijak pada kurikulum salaf, mengedepankan kontekstualisasi dan pengembangan karakter, dengan pengaruh mazhab Syafi’i, serta pendekatan yang lebih partisipatif dan adaptif terhadap kebutuhan santri dan realitas lokal; 3) Evaluasi dan media: Deoband cenderung menggunakan evaluasi berbasis hafalan dan penguasaan teks, sedangkan Tegalrejo menekankan evaluasi yang lebih holistik, mencakup kepribadian, kedisiplinan, dan keterlibatan sosial; 4) Faktor pembeda utama: Perbedaan yang muncul bukan hanya berasal dari perbedaan mazhab atau geografi, melainkan juga karena sejarah institusi, konteks politik dan budaya, serta tingkat keterlibatan dengan sistem pendidikan nasional di masing-masing negara.
Disertasi ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan kajian pendidikan Islam, khususnya dalam memahami keragaman praktik pesantren tradisional dalam konteks global. Analisis komparatif ini membuktikan bahwa meskipun pesantren dan madrasah tradisional berakar pada sistem klasik, mereka mampu bertransformasi dan beradaptasi tanpa kehilangan identitas teologis dan spiritualnya. Lebih dari sekadar membandingkan dua sistem, penelitian ini menawarkan perspektif tentang bagaimana pendidikan Islam bisa bersifat universal namun tetap kontekstual,sebuah pelajaran penting dalam era globalisasi dan transformasi sosial saat ini.
Kegiatan ujian tertutup ini sekaligus menandai komitmen Pascasarjana UIN Salatigadalam menghadirkan forum akademik lintas bangsa. Kehadiran mahasiswa asing yang mengangkat isu-isu mendalam tentang pendidikan Islam menjadi cerminan dari posisi strategis UIN Salatiga dalam jejaring intelektual global.
Pascasarjana UIN Salatiga akan terus mendorong lahirnya riset-riset unggulan yang menjembatani nilai-nilai tradisi dengan kebutuhan kontemporer, memperluas horizon pemikiran Islam yang inklusif, kritis, dan solutif. (MAN)
Salatiga, 9 Juli 2025 – Soft launching Cepaso Reborn berlangsung meriah dan penuh gagasan dalam forum ilmiah bertajuk “Moderasi Beragama dan Literasi Politik, Manakah yang Lebih Penting?”. Acara ini digelar di AULA Lantai 3 Gedung Pascasarjana UIN Salatiga dan menjadi langkah awal revitalisasi pusat studi yang fokus pada isu pendidikan, perdamaian, dan keadilan sosial.
Dalam opening speech, Direktur Eksekutif CepasoDr. Muhammad Aji Nugroho membuka forum dengan menggarisbawahi empat isu strategis yang menjadi dasar pentingnya kajian moderasi beragama dan literasi politik di Indonesia saat ini: 1) meningkatnya gejala ekstremisme berbasis agama, 2) rendahnya kesadaran dan partisipasi politik berbasis literasi, 3) keterbelahan sosial akibat polarisasi politik identitas, serta 4) perlunya integrasi pendidikan keagamaan moderat dengan kesadaran politik kewargaan. Keempat isu tersebut menurutnya menjadi ruang kerja utama Cepaso dalam menjawab tantangan sosial-keagamaan kontemporer.
Cepaso, singkatan dari Center for Education, Peace, and Social Justice, merupakan pusat studi di bawah Pascasarjana UIN Salatiga yang bergerak di bidang pengembangan kegiatan ilmiah berbasis riset dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai ruang akademik dan advokasi, Cepaso berkomitmen mendorong integrasi antara nilai-nilai pendidikan, perdamaian, serta keadilan sosial dalam rangka membentuk masyarakat yang toleran, demokratis, dan adil secara struktural.
Forum ini menghadirkan dua narasumber utama yang mumpuni di bidangnya: Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA, dan Sukron Ma’mun, Ph.D. dua akademisi terkemuka dalam bidang studi Islam dan sosial-politik. Diskusi dipantik oleh Dr. Fahri, dosen Pascasarjana UIN Salatiga, yang menyampaikan prolog intelektual untuk membangun jembatan pemikiran antara dua ranah tersebut. Kedua narasumber sepakat bahwa moderasi beragama dan literasi politik tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling menopang dalam membentuk warga negara yang religius, rasional, dan bertanggung jawab secara sosial-politik.
Forum berlangsung dengan antusiasme tinggi. Peserta yang terdiri dari direktur dan wakil direktur Pascasarjana, kaprodi dan sekprodi, mahasiswa Magister dan Doktor, serta tamu eksternal dari berbagai lembaga seperti Balai Litbang Agama Semarang, MUI Kota Salatiga, Kemenag Kota Salatiga, Kesbangpol Kota Salatiga, FKUB, Percik UKSW, PCNU, PD Muhammadiyah, hingga Kapus Wasathiyah Islam UIN Salatiga, terlibat aktif dalam merefleksi tema kajian yang dibahas. Diskusi berlangsung dinamis, penuh semangat kolaboratif, dan memperlihatkan kepedulian kolektif terhadap masa depan keberagamaan dan demokrasi di Indonesia.
Para narasumber menggarisbawahi bahwa moderasi beragama berfungsi sebagai penyangga moral dan etik dalam kehidupan sosial, sementara literasi politik berperan sebagai instrumen rasionalitas warga dalam mengakses dan mengontrol kekuasaan secara demokratis. Kombinasi keduanya menjadi fondasi penting bagi pembangunan masyarakat yang adil, damai, dan partisipatif.
Kegiatan ini sekaligus menjadi agenda rutin Program Doktor PAI Pascasarjana UIN Salatiga dalam rangka mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa atas isu-isu yang relevan dengan riset mereka. Forum ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga arena untuk menguji dan memperkaya perspektif akademik berbasis lapangan dan konteks kekinian.