UNLIMITEDDESTINATION
If plane just can take you to specific Country
we can take you to everyplace with knowledge
"postgraduate"
Center of

Green Wasathiyah

Campus
International CLASS
Interdisciplinary COLLOQUIUM
Anualy Interdisciplinary Colloquium with International Guest Speaker
Center for Civilization Studies
cross-science civilization from the center of the civilization-building campus
Previous slide
Next slide

“Islam dan Modernitas dalam Sorotan Kolonial: Diskusi Kritis Prof Salman di Interdisciplinary Colloquium UIN Salatiga”

Salatiga, 2 Mei 2025 – Dalam rangka memperdalam diskursus tentang dekolonisasi pengetahuan, Program Pascasarjana UIN Salatiga menyelenggarakan Interdisciplinary Colloquium bertema “Decolonizing the Academic Study of the Islamic Tradition” pada Jumat (2/5) di Gedung Pascasarjana. Kegiatan ini membahas bagaimana pandangan kolonial terhadap Islam terus berpengaruh dalam cara kita memahami agama ini, baik dalam konteks sejarah maupun dalam studi Islam kontemporer.

Dalam salah satu sesi, pembicara internasional Prof. Salman Sayyid dari University of Leed, UK menyoroti bagaimana kolonialisme, khususnya dalam narasi Barat, menggambarkan Islam sebagai agama yang konservatif, irasional, dan tidak adil. Islam sering diposisikan sebagai lawan dari “modernitas”, dikaitkan dengan ketidakmampuan untuk menjadi dasar kewarganegaraan yang adil dan demokratis. Kolonialisme menggambarkan Islam sebagai agama yang menindas perempuan dan minoritas, serta tidak mampu memenuhi nilai-nilai universal yang dianggap penting oleh negara-negara Barat, seperti hak asasi manusia dan demokrasi.

Pembicara juga menjelaskan bahwa pandangan ini tidak hanya terbatas pada masa penjajahan, tetapi terus bertahan dalam berbagai wacana ilmiah dan sosial di era pascakolonial. Islam sering kali dibingkai sebagai sesuatu yang statis, tertinggal, dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sementara nilai-nilai Barat seperti sekularisme, individualisme, dan liberalisme diposisikan sebagai puncak pencapaian peradaban. Pandangan ini berkontribusi pada marginalisasi suara-suara Islam dalam diskursus global, yang sering kali dianggap tidak relevan atau bahkan kontradiktif dengan konsep modernitas.

Sebagai respons terhadap pandangan kolonial ini, para peserta colloquium menekankan pentingnya pendekatan dekolonial dalam studi Islam. Mereka mengajukan bahwa Islam seharusnya dipahami dalam kerangka yang lebih dinamis dan kontekstual, dengan menghargai keberagaman tradisi intelektual dan sosial yang ada di dunia Muslim. Islam bukanlah sebuah monolit, dan pemahamannya dalam masyarakat kontemporer harus mengakomodasi konteks lokal serta memberi ruang untuk pertumbuhan dan inovasi.

Direktur Pascasarjana UIN Salatiga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kampus untuk membongkar mitos-mitos kolonial dan membuka jalan bagi lahirnya studi Islam yang lebih adil dan inklusif. Ia mengajak seluruh akademisi dan mahasiswa untuk berani mempertanyakan narasi-narasi lama dan berkontribusi pada pembentukan wacana ilmiah yang lebih beragam dan bermartabat. (MAN)

Exit mobile version