Kategori
Berita s2es

Pascasarjana UIN Salatiga, Prodi Magister Ekonomi Syariah Tingkatkan Mutu Jalin Kerjasama dengan IPMAFA Pati

Dalam rangka menjalin kerja sama bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga melakukan penandatangan perjanjian kerjasama antara Program Pascasarjana UIN Salatiga dengan Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati, Kamis 27 Juni 2024.

Dok. Penandatanganan Kerjasama Pascasarjana UIN Salatiga dan IPMAFA Pati (Kamis, 27/06/2024)


Dalam Sambutannya Secara umum Direktur Program Pascasarjana UIN Salatiga Prof. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag menyampaikan, nota kesepahaman yang ditandatangani, memuat kerjasama dalam bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, dengan harapan erjasama ini dapat terus berlangsung dengan baik dan dapat mengisi antara UIN Salatiga dan IPMAFA Pati dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi serta kajian-kajian ke-Islaman terkait kepesantrenan serta kajian keilmuan yang terdapat linieritas pada kedua perguruan tinggi ini, kerjasama ini dimaksudkan untuk memanfaatkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh kedua belah pihak secara maksimal dan sebaik-baiknya agar lebih berhasil pembinaan dan pengembangan kedua belah pihak, khususnya dalam meningkatkan dan mengembangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Pascasarjana UIN Salatiga yang saat ini memiliki 1 Prodi Doktoral PAI dan 5 Prodi Magister (PAI, Ekonomi Syariah, PGMI, TBI, HKI) dan Alhamdulillah 3 prodi
diantaranya telah terakreditasi UNGGUL (S2 PAI, S2 PGMI, S2 TBI) dan inshaallah dalam waktu dekat akan ada Assesmen Lapangan untuk Prodi S3 PAI dan S2 HKI yang telah diselesaikan oleh TIM dengan maksimal dengan target UNGGUL pula, disamping itu UIN Salatiga terutama Pascasarjana sangat terbuka untuk semua kalangan yang ingin maju dan berkembang bersama-sama UIN Salatiga.

Dok. Sambutan Direktur PPs UIN Salatiga (Prof. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag) dan Wakil Rektor III IPMAFA Pati (Wahrodli, M.Pd) Kamis, 27/06/2024

Rektor IPMAFA Pati  K.H. Abdul Ghoffarrozin, M.Ed yang diwakili oleh Wakil Rektor III Wahrodli, M.Pd menyatakan bahwa nilai pesantren menjadi penting untuk membayangkan komunitas pesantren maupun perguruan tinggi Islam. Kita hidup dalam percepatan yang luar biasa,
derasnya perubahan sehingga basis nilai yang harus menjadi akarnya, bisa
menavigasikan diri agar sukses pada pengetahuan yang memandu kita menggapai dunia juga akhirat. IPMAFA yang semula STAIMAFA membuka tiga Jurusan/ Program Studi, yaitu: Tarbiyah/ Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Syari’ah/ Perbankan Syari’ah (PS) dan Dakwah / Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Ketiga Jurusan/ Program Studi tersebut merupakan pendidikan jenjang Strata Satu (S1) program reguler dan pada tanggal 25 September 2015 STAIMAFA resmi alih status dari STAI menjadi Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) sekaligus membuka tiga Program Studi (prodi) baru meliputi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Prodi Zakat dan Wakaf (ZAWA) dan Program Magister PBA. IPMAFA Pati sudah sangat representatif untuk dijadikan sebagai tempat menempa ilmu di tingkat sarjana strata satu (S1) karena sudah dilengkapi dengan lembaga yang relevan dengan program studi, seperti center of shariah banking, Ma’had Jamiah atau pesantren kampus, pusat komputer (puskom), PUSHAMI, Pusat Studi Fiqh Sosial Institute, sistem informasi akademik (Sisfo Akademik), kalender akademik, pendaftaran online, jurnal islamic review, nazariyyat, P3M, dan beasiswa, tutur Wahrodli, M.Pd.

Kerjasama antara Pascasarjana UIN Salatiga dan IPMAFA Pati merupakan langkah awal yang baik untuk meningkatkan kemampuan pendidik supaya mampu menghasilkan kualitan layanan dan mutu pendidikan yang bersaing baik pada tingkat lokal maupun nasional.

Dalam Kegiatan ini juga dilakukan Penandatanganan Kerjasama antara Prodi Magister Ekonomi Syariah PPs UIN Salatiga dengan Prodi Perbankan Syari’ah dan Ekonomi Islam serta Prodi Zakat Wakaf IPMAFA Pati.

Dok. Penandatangan Kerjasama Prodi Magister Ekonomi Syariah UIN Salatiga dan Prodi Perbankan Syari’ah dan Ekonomi Islam serta Prodi Zakat Wakaf IPMAFA Pati (Kamis, 27/06/2024)

Turut hadir dan mendampingi pada kegiatan ini dari Pascasarjana UIN Salatiga Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.S.I (Kaprodi S2 ES), Dr. Budi Sunarso, M.M.Pd., M.Si (Sekprodi S2 ES), Dr. Oktio F. Biantoro, M.Pd (Kaprodi S2 PGMI), Edi Kuswanto, M.Pd.I (Kasubag PPs), dan staf tendik Solikhul Huda. Sementara Pimpinan IPMAFA Pati Hadir Direktur Pascasarjana IPMAFA Pati Dr. Ali Subhan, Dekan Tarbiyah Dr. Agus Syakroni M.Pd., Kaprodi Perbankan Syariah dan Ekonomi Islam Khabib Solihin M.M

Dok. Foto Bersama PPs UIN Salatiga & Pimpinan beserta Civitas academika IPMAFA Pati (Kamis, 27/06/2024)

Usai terjalinnya Kerjasama ini dilanjutkan dengan Sosialisasi PMB Program Pascasarjana UIN Salatiga Kepada Civitas Akademika IPMAFA Pati oleh Dr. Budi Sunarso disambung dengan acara kuliah pakar Kaprodi Magister Ekonomi Syariah PPs UIN Salatiga Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.S.I yang membahas “Wakaf Instrumen Nyata Mencapai Semesta Sejahtera” di Aula 2 lantai 2 gedung Utama IPMAFA Pati.

Dok. Sosialisasi PMB 2024/2025 PMB Pascasarjana UIN Salatiga (Dr. Budi Sunarso) dan Kuliah Pakar (Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar)

Budi Sunarso, S2 ES PPs UIN Salatiga

Kategori
Berita s2es

Prodi S2 ES PPs UIN Saga adakan Interdiciplinary Colloquium : Profesionalisme Dunia Perbankan Syariah Era 5.0

Salatiga, 21 Juni 2024, Program studi S2 Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Salatiga mengadakan Interdisiplinary Colloquium dengan tema “Profesionalisme Sumber Daya Insani Perbankan Syariah dalam meningkatkan Ekonomi Global di Era 5.0” yang dilaksanakan pada Jum’at, 21 juni 2024 bertempat di Aula pascasarjana uin salatiga, colloquium di ikuti oleh sekitar 100 peserta yang terdiri dari dosen, tamu undangan dan mahasiswa. Dr. Mifdhol Muthohar selaku Ketua Prodi S2 Ekonomi Syariah PPs UIN Salatiga, mengatakan dalam sambutanya bahwa potensi perbankan syariah sangat besar tetapi ternyata penyerapannya agak minim karena pendidikan dengan harapan semoga ilmu yang diberikan oleh Narasumber dapat menjadi motivasi bagi SDM untuk mengembangkan dunia perbankan syariah.

Prof. Dr. Miftahudin, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana menyampaikan selamat datang ke pada Kepala Divisi Syariah Bank Jateng Syariah Bapak Slamet Sulistiono, S.E., M.M serta menginformasikan bahwa UIN salatiga memiliki 6 program studi dan salah satunya Program Studi Magister Ekonomi Syariah dan meminta restu bahwa tahun yang akan datang akan mendirikan S3 Program Doktor Ekonomi Syariah sebab ini adalah bagian salah satu yang menjadi kour perubahan dari IAIN ke UIN Salatiga. Berbicara Ekonomi Islam berarti kita berbicara terkait muamalah, sedangkan perbankan syariah sebagai anak kadung dari ekonomi syariah, sehingga harapan kami dalam praktisi ekonomi syariah terus berkerja sama dan cita2 untuk membangun masyarakat yang bermartabat tinggi dan menjadi masyarakat yang berpegang prinsip syariah.

Sementara dalam paparan materi Interdisiplanary Colloquium yang dipandu oleh Dr. Budi Sunarso, Narasumber Slamet Sulistiono, S.E., M.M yang merupakan Kepala Devisi Syariah Bank Jateng Syariah menyampaikan bahwa dalam menuju Profesionalisme perlu sesuatu yang dikerjakan karena cinta dan totalitas dalam berkerja, hasil akan bisa dirasakan terus menerus jadi intinya profesionalitas itu adalah mengerjakan sesuatu dengan hati dan keseriusan dengan perbandingan pada generasi sekarang yang lebih banyak hanya mengerjakan kerjaan sekedar promalitas.

Berdasarkan data dari paparan narasumber bahwa Jumlah yang kerja di bank syariah hanya 56 ribu hal tersebut tidak sebanding degan total penduduk, dan sumber daya manusia dibank syariah tidak banyak yang berlatar belakang ekonomi syariah karena tidak membekali diri dengan ilmu keterampilan contohnya kemampuan kursus softcos menyelaraskan kurikulum kampus dengan dunia kerja, oleh karena itu softcos, magang PKL itu sangat penting untuk ada di dunia perkuliahan.

Problem selanjutnya adalah secara mental yang lulus dan daftar kerja belum dibilang siap, maka perlu adanya magang sehingga akan punya difendent yang baik, dan perlu di ketahui bahwa saingan dalam dunia kerja dibank bukan hanya dari dunia ekonomi namun juga dari  dunia teknik seperti menghitung kelanyakan keuangan. Oleh karena itu ilmu itu harus berkolaborasi. Kecanduan teknologi yang sudah mengilangkan pekerjaan yang berulang-ulang seperti teller. pekerja yang memakai tangan sudah digantikan oleh digital, tapi ilmu IA, big data tidak akan bisa digantikan. Karena big data merupakan suatu hal yang penting karena hal tersebut mencakup data privasi banyak orang.”Ujar Slamet Sulistiono.

Begitu menariknya paparan yang disampaikan oleh narasumber dan respont peserta yang aktif dalam tanya jawab, lebih lanjut Slamet Sulistiono Kualifikasi dan kompetensi yang tepat sangat penting bagi SDI dalam perbankan syariah untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Hal ini mencakup kombinasi antara pengetahuan teknis dan non-teknis, pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip syariah, serta kemampuan untuk berinovasi dan terus berkembang di era Industri 5.0

Sementara itu dalam menciptakan hal yang baru Inovasi juga dapat dilakukan melalui pendekatan Value Co-Creation, yaitu proses kolaboratif di mana perusahaan dan pelanggan bekerja sama untuk menciptakan nilai bersama. Melibatkan interaksi aktif antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, mitra, dan komunitas. Arah ekonomi Indonesia sejalan dengan komitmen global untuk transisi dari brown energy ke green energy, maka eksplorasi bisnis terhadap sektor berbasis Environmental, Social and Governance (ESG) perlu ditingkatkan, untuk antisipasi new practise, baik dari sisi energi maupun perumahan, ungkap Slamet Sulistiono yang juga pernah bekerja di Bank Indonesia ini.

Budi Sunarso, ES PPs UIN Salatiga

Kategori
Berita s2pai

PELAKSANAAN ASESMEN LAPANGAN PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM OLEH ASESOR LAMDIK

Assalamu’alaikum wr wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan yang maha Esa, atas limpahan rahmad dan karunia-Nya, sehingga kegiatan asesmen lapangan Program Studi S2 Pendidikan Agama Islam (Prodi S2 PAI) oleh asesor LAMDIK telah terlaksana dengan lancar dan sukses. Prosesi asesmen lapangan dilaksanakan pada tanggal 25-26 Mei 2023 di Gedung KH. Ahmad Dahlan UIN Salatiga secara Luring. Asesor yang melakukan asesmen lapangan yaitu Prof. Dr. Ani Cahyadi, M.Pd (UIN Antasari Bajarmasin) dan Dr. H. Karwadi, M.Ag (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Proses asesmen lapangan hari pertama dibuka oleh Wakil Rektor I UIN Salatiga (Prof. Dr. Muh. Saerozi, M.Ag). Mengawali sambutannya, beliau menyampaikan selamat datang kepada para asesor LAMDIK dan memperkenalkan pengelola dan dosen S2 PAI. Selanjutnya, dengan adanya asesmen lapangan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran kepada prodi S2 PAI untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pengelolaan program studi yang excellent. Terakhir, beliau berharap supaya prodi S2 PAI dapat memperoleh peringkat akreditasi Unggul dari LAMDIK.

Sambutan yang kedua adalah dari asesor I LAMDIK (Prof. Dr. Ani Cahyadi, M.Pd), beliau menyampaikan apresiasi atas persiapan pelaksanaan asesmen lapangan yang telah dilakukan oleh tim akreditasi S2 PAI. Beliau menuturkan bahwa pelaksanaan asesmen lapangan secara luring ini dilakukan dengan penuh keseriusan dan semangat yang tinggi.

Setelah sambutan Warek I dan Asesor I, acara yang selanjutnya adalah proses asesmen lapangan. Dalam prosesi ini tim asesor membagi tugas menjadi 2 kegiatan, satu asesor mengkonfirmasi dokumen LED dan LKPS kriteria 1-9, dan asesor lainnya melakukan wawancara dengan para stakeholder prodi S2 PAI. Dalam pelaksanaanya, kegiatan berlangsung dengan penuh hikmat dan berjalan dengan lancar.

Prosesi asesmen lapangan pada hari kedua, satu asesor melanjutkan mengkonfirmasi beberapa hal penting yang di hari pertama belum selesai, dan asesor lainnya melakukan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dosen kepada mahasiswa S2 PAI. Setelah kegaitan tersebut selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan penyampaian dan penandatanganan berita acara asesmen lapangan oleh Asesor, Direktur Pascasarjana (Prof. Dr. phil. Widiyanto, M.A) dan Kaprodi S2 PAI (Dr. Mukh Nursikin, M.S.I). Turut mendampingi dan menyaksikan penandatanganan berita acara asesmen lapangan, Wakil Direktur Pascasarjana (Noor Malihah, Ph.D), Sesprodi S2 PAI (Dr. Edi Cahyono, M.M), dan tim akreditasi S2 PAI.

Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan acara penutupan, yang dalam hal ini dihadiri oleh Rektor UIN salatiga (Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag). Dalam sambutan penutupannya, Rektor menyampaikan terimakasih kepada tim asesor LAMDIK yang telah melakukan asesmen lapangan dan memberikan bimbingan serta masukan untuk prodi S2 PAI. Rektor berharap Prodi S2 PAI dapat memperoleh peringkat akreditasi Unggul dari LAMDIK. Setelah selesai acara penutupan, diakhiri dengan foto bersama.

Seluruh civitas akademika Pascasarjana UIN Salatiga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua asesor LAMDIK, dan semoga prodi S2 PAI dapat memperoleh peringkat terakreditasi Unggul. Aamiin… (ECA).

Wassalamu’alaikum wr wb.

Kategori
Berita

Menyatukan Visi Besar! Pascasarjana UIN Salatiga dan IAIKU Blora Kukuhkan Kemitraan Emas untuk Transformasi Pendidikan

Blora, 5 Mei 2025 Komitmen memperkuat sinergi antar perguruan tinggi Islam semakin nyata dengan terlaksananya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga dan Institut Agama Islam Khozinatul Ulum (IAIKU) Blora, Senin (tanggal menyesuaikan).

Acara bersejarah ini dihadiri langsung oleh Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A., serta jajaran pimpinan IAIKU Blora, yaitu Rektor KH. Ahmad Zaki Fuad, S.Th.I., M.Ag., didampingi oleh Wakil Rektor I Ahmad Syaifullah, M.Pd.I., Wakil Rektor II H. Muhammad Nabil, M.Ag., dan Wakil Rektor III Ahmad Saiful Rizal, M.Pd.

Dalam sambutannya, Prof. Widiyanto menekankan pentingnya kerja sama strategis dalam menjawab tantangan era disrupsi. “Kerja sama ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi mencerminkan komitmen serius dalam penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM, serta pengembangan riset kolaboratif sebagai bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ungkapnya.

Senada dengan hal tersebut, Rektor IAIKU Blora menyampaikan harapannya agar kerja sama ini menjadi pintu masuk bagi transformasi kelembagaan yang lebih progresif dan adaptif terhadap perubahan zaman. “Kami optimis, sinergi dengan Pascasarjana UIN Salatiga akan membawa angin segar bagi pengembangan institusi dan akademisi di IAIKU Blora,” ujarnya.

Setelah prosesi penandatanganan MoU, acara dilanjutkan dengan Workshop Ilmiah yang dipandu langsung oleh Prof. Dr. Phil. Widiyanto. Workshop ini diikuti oleh para dosen IAIKU Blora serta tim dari Pascasarjana UIN Salatiga (Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I., Dr. Fatkhur Rozi, M.Pd., Dr. Edi Kuswanto, M.Pd.I., dan Solikhul Huda.

Mengangkat tema “Studying Islam in an Age of Disruption”, Prof. Widiyanto membagikan perspektif kritis sekaligus inspiratif tentang bagaimana studi Islam harus mampu merespons dinamika global, digitalisasi ilmu pengetahuan, serta tantangan sosial keagamaan mutakhir.

Acara ditutup dengan dialog interaktif antara narasumber dan peserta, yang semakin menegaskan antusiasme dan keseriusan kedua belah pihak dalam membangun kemitraan berkelanjutan.

Dengan MoU ini, diharapkan lahir lebih banyak kolaborasi konkret yang mampu menjawab kebutuhan zaman dan memperkuat kontribusi keilmuan Islam di tingkat nasional maupun global.

Kategori
Berita

Disertasi Tanpa Batas: Kuliah Tamu dan Klinik Ilmiah di Situs Sejarah Gedong Songo

Semarang, 3 Mei 2025 — Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Salatiga menggelar kegiatan kuliah tamu dan klinik penulisan disertasi di lokasi bersejarah Candi Gedong Songo, Bandungan, Kabupaten Semarang. Dengan tema “Disertasi Tanpa Batas,” acara ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang pentingnya riset yang berbasis pada pengembangan argumen yang kuat dan berbukti. Kuliah tamu yang menghadirkan Prof. Lena Salaymeh dari Université Paris Sciences et Lettres, Prancis, membawa perspektif baru bagi mahasiswa doktoral tentang bagaimana riset mereka bisa lebih dari sekadar penulisan, tetapi juga menghasilkan kontribusi yang signifikan dalam dunia akademik.

Dalam kuliah utamanya, Prof. Lena menguraikan teori pengembangan argumen dalam riset disertasi, yang menurutnya harus didasarkan pada tiga pilar utama: klaim, bukti, dan relevansi. Ia menjelaskan bahwa setiap disertasi harus dimulai dengan sebuah klaim yang jelas—suatu pernyataan atau pertanyaan yang memerlukan pembuktian ilmiah. “Argumen yang kuat harus diawali dengan pertanyaan yang signifikan dan relevan, kemudian dibangun dengan bukti yang dapat diuji dan diverifikasi,” ujar Prof. Lena. Hal ini menggugah mahasiswa untuk tidak hanya mengemukakan opini pribadi, tetapi untuk membuktikan ide mereka dengan data yang solid dan metodologi yang tepat.

Selanjutnya, sesi klinik disertasi dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan fokus riset yang berbeda: pendidikan Islam, wasathiyah (Islam moderat), pesantren, dan integrasi ilmu-ilmu keislaman dengan keilmuan lain. Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan proposal riset mereka, yang kemudian dianalisis melalui pendekatan teori pengembangan argumen. Dalam sesi ini, para mahasiswa didorong untuk memperkuat klaim utama mereka dengan mengidentifikasi bukti empiris dan teoritik yang relevan. Pengembangan argumen di sini juga mengharuskan mahasiswa untuk mendiskusikan bagaimana bukti yang mereka gunakan dapat menjawab pertanyaan penelitian mereka secara terukur dan teruji.

Para fasilitator, termasuk Dr. M. Aji Nugroho dan Dr. Maslikhatul Umami, mengarahkan mahasiswa untuk lebih mengedepankan logika deduktif dan induktif dalam menyusun argumen mereka. Mereka diberi tantangan untuk merumuskan argumentasi yang tidak hanya menguatkan klaim, tetapi juga membangun hubungan yang jelas antara teori yang digunakan, data yang ditemukan, dan temuan yang akan dibawa ke ranah akademik. “Disertasi tidak hanya tentang menulis, tetapi tentang membangun jembatan antara teori dan praktik. Anda harus menunjukkan bagaimana argumen Anda berbicara dalam konteks yang lebih luas,” ujar Dr. Aji.

Dalam sesi tanya jawab, Prof. Lena juga menekankan pentingnya mahasiswa untuk menghindari generalizations atau kesimpulan yang terlalu luas tanpa didukung bukti yang kuat. “Setiap klaim dalam disertasi harus diuji dengan data yang konkret, relevan, dan transparan. Tanpa itu, disertasi Anda akan kehilangan kredibilitas dan nilai ilmiahnya,” tambah Prof. Lena. Dengan teori pengembangan argumen yang diajarkan, para peserta mulai memahami bagaimana memformulasikan disertasi mereka sebagai kontribusi asli dalam diskursus ilmiah yang lebih besar, bukan sekadar dokumentasi masalah yang ada.

Di akhir acara, Prof. Asfa Widiyanto, Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan mahasiswa doktoral pengalaman langsung dalam menyusun argumen riset yang berbasis pada bukti dan relevansi sosial. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya lulus dengan disertasi yang formal, tetapi menghasilkan karya yang memecahkan masalah nyata, berdasarkan bukti yang valid dan logis,” ujarnya.

Kegiatan ini memberikan penguatan kepada para mahasiswa doktoral untuk melihat disertasi mereka sebagai karya yang lebih dari sekadar tugas akademik, tetapi sebagai sumbangan berharga dalam dunia keilmuan, yang dibangun di atas argumen yang solid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (MAN)

Kategori
Berita

Menemukan Argumen, Menyusun Bukti: Klinik Disertasi di Candi Gedong Songo

Bandungan, 3 Mei 2025 – Dalam upaya membentuk tradisi riset doktoral yang kokoh dan berbasis evidensi, Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Salatiga menyelenggarakan Klinik Penulisan Proposal Disertasi bertajuk “Menemukan Argumen, Menyusun Bukti”. Bertempat di kompleks Candi Gedong Songo, kegiatan ini menghadirkan atmosfer akademik yang serius, reflektif, dan sekaligus inspiratif. Klinik ini menjadi titik temu antara narasi tradisi keilmuan lokal dengan pendekatan akademik global yang ketat dan rasional.

Sebagai narasumber utama, Prof. Lena Salaymeh dari Université Paris Sciences et Lettres, Prancis, menyampaikan pengantar umum mengenai pentingnya membedakan opini dari argumen dalam konteks penulisan disertasi. Ia menegaskan bahwa riset doktoral harus dilandasi oleh problem riset yang nyata, dan bukan sekadar gagasan abstrak atau kecenderungan pribadi. “Argumen yang valid hanya lahir ketika ada hubungan logis yang kuat antara pertanyaan penelitian, teori, dan data. Tanpa evidensi yang sahih, disertasi hanya menjadi opini panjang yang tidak ilmiah,” ujar Prof. Lena dalam pembukaan sesi klinik.

Setelah paparan awal, proses klinik dilanjutkan dengan pembagian mahasiswa ke dalam empat kelompok berdasarkan kesamaan fokus riset mereka, yaitu: (1) Pendidikan Islam dan Kurikulum, (2) Wasathiyah Islam dalam praktik sosial-keagamaan, (3) Studi tentang Pesantren, dan (4) Integrasi dan Interkoneksi antara ilmu keislaman dan keilmuan modern. Pembagian ini bertujuan untuk menciptakan diskusi yang lebih mendalam dan relevan di antara peserta dengan topik yang serupa.

Masing-masing kelompok didampingi oleh fasilitator dari tim dosen Pascasarjana, yakni Dr. M. Aji Nugroho dan Dr. Maslikhatul Umami, serta mendapat penguatan langsung dari Prof. Lena dalam sesi-sesi observasi dan intervensi kritis. Setiap peserta diminta mempresentasikan struktur argumen utama disertasinya, termasuk bagaimana mereka merumuskan latar belakang masalah, tujuan, dan pendekatan metodologis yang digunakan untuk membangun klaim ilmiah yang dapat diuji.

Prof. Lena secara khusus memberikan umpan balik dengan menekankan pentingnya research justification yang berbasis data dan relevansi konteks. “Mahasiswa doktoral harus berhenti membuat klaim umum seperti ‘Islam itu moderat’ tanpa menjelaskan: moderat dalam hal apa, pada siapa, kapan, dan didasarkan pada data apa. Itulah fungsi riset: menyusun bukti untuk mendukung klaim,” tegasnya. Ia juga mendorong agar mahasiswa tidak hanya mengutip literatur, tetapi juga menunjukkan keterkaitan literatur tersebut dengan argumen inti mereka.

Prof. Asfa Widiyanto, selaku Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, menyambut baik pendekatan klinis yang digunakan dalam kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat strategis dalam meningkatkan kualitas akademik mahasiswa doktor. “Kami tidak ingin mahasiswa hanya menyelesaikan disertasi, tetapi kami ingin mereka memproduksi pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan dapat berdampak bagi masyarakat luas,” jelasnya.

Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi, baik dalam sesi diskusi kelompok maupun saat mempresentasikan ulang hasil revisi dan refleksi mereka. Beberapa mahasiswa mengakui bahwa mereka sebelumnya terlalu fokus pada “ide besar” tanpa tahu bagaimana membuktikannya secara konkret. Klinik ini menjadi ruang koreksi sekaligus pembelajaran mendalam tentang pentingnya validitas akademik dalam setiap elemen proposal. Dengan menggabungkan pendekatan analitis khas akademisi internasional dan pemahaman lokal atas konteks sosial-keagamaan, Klinik Disertasi ini menjadi bukti komitmen Pascasarjana UIN Salatiga dalam memfasilitasi riset doktoral yang tidak hanya kuat secara metodologis, tetapi juga relevan secara sosial dan bermakna secara keilmuan. (MAN)

Kategori
Berita

Agama dan Dekolonisasi Pengetahuan: Prof. Salman Sayyid Tawarkan Perspektif Pembebasan dari Kolonialitas Global

Salatiga – Dalam rangkaian Interdisciplinary Colloquium bertema Religion and Decolonial Studies yang digelar pada Jumat, 2 Mei 2025, Pascasarjana UIN Salatiga menghadirkan pemikir Muslim terkemuka, Prof. Salman Sayyid dari University of Leeds, Inggris. Dalam sesi yang penuh energi intelektual tersebut, Prof. Sayyid menyampaikan paparan tajam mengenai posisi Islam dalam struktur pengetahuan global yang masih dibayangi kolonialitas.

Dalam paparannya, Prof. Salman Sayyid menekankan bahwa kolonialisme tidak hanya merupakan bentuk penjajahan fisik atau ekonomi oleh negara-negara Barat atas wilayah-wilayah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, tetapi yang lebih penting adalah warisan epistemologisnya, yang disebut sebagai coloniality. Kolonialitas merupakan cara berpikir, sistem nilai, dan struktur pengetahuan yang melegitimasi dominasi Barat sebagai pusat rasionalitas, kemajuan, dan kebenaran universal.

Menurut Sayyid, dunia pascakolonial masih sangat dipengaruhi oleh kerangka berpikir kolonial—di mana “Barat” diposisikan sebagai aktor utama dalam produksi pengetahuan, sedangkan masyarakat non-Barat seringkali direduksi sebagai objek studi, atau bahkan sebagai “yang tertinggal.” Dalam konteks ini, Islam sebagai agama dan peradaban global seringkali dikonstruksikan secara negatif melalui lensa orientalis, terjebak dalam narasi kekerasan, stagnasi, dan ketertinggalan.

Maka, pendekatan decolonial bagi Sayyid berarti melakukan epistemic disobedience—membongkar dan menantang narasi-narasi hegemonik tentang Agama, Identitas, dan Modernitas. Ia menyerukan untuk merebut kembali definisidiri, sejarah, dan masa depan mereka di luar logika kolonial yang menundukkan dan meminggirkan. (MAN)

Kategori
Berita

Interdisciplinary Colloquium UIN Salatiga; Prof. Lena (France) Bahas Konsep Dīn dalam Islam dan Dinamika Perubahannya

Salatiga, 2 Mei 2025 di Aula Lantai 3, Program Pascasarjana UIN Salatiga mengadakan Interdisciplinary Colloquium dengan tema “Decolonizing the Academic Study of the Islamic Tradition”. Salah satu sesi yang menarik perhatian peserta membahas tentang konsep dīn dalam Islam, dengan penekanan pada pemahaman bahwa dīn bukanlah entitas yang statis, melainkan merupakan kumpulan ide dan praktik yang terus berkembang, dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Pembicara internasional menjelaskan bahwa dīn—yang sering diterjemahkan sebagai agama atau cara hidup dalam Islam—tidak memiliki esensi tunggal dan murni.

Prof. Lena Salaymeh dari Université Paris Sciences et Lettres, Prancis menguraikan bahwa dīn adalah sesuatu yang dinamis dan selalu berubah seiring perkembangan sejarah, konteks sosial, dan budaya. Ini berarti bahwa tidak ada satu versi “murni” dari dīn yang dapat diterima oleh semua pihak, karena pemahaman dan praktiknya dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal dan historis. Dalam hal ini, konsep dīn dapat dilihat sebagai sebuah spektrum ide dan praktik yang saling berinteraksi, beradaptasi, dan berubah seiring waktu.

Para peserta sebanyak 175 orang yang terdiiri dari dari sivitas akademika Pascasarjana UIN Salatiga, mahasiswa program doktor dan magister, serta tamu undangan dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), diajak untuk melihat kenyataan bahwa dalam komunitas Islam, terdapat kompetisi di antara individu dan kelompok untuk mendefinisikan apa yang dianggap sebagai ide dan praktik ortodoks dalam dīn. Hal ini menciptakan pluralitas dalam pemahaman Islam yang terus berkembang dan terfragmentasi, tergantung pada konteks sosial, politik, dan budaya setempat. Pembicara menekankan bahwa pluralitas dan kekayaan ide dalam Islam seharusnya dipahami sebagai bagian dari kenyataan hidup dalam dīn, bukan sebagai sesuatu yang perlu dipertentangkan.

Salah satu konsep kunci yang dibahas adalah hybridity (ketercampuran), yang menjadi hal yang normal dalam tradisi Islam. Dalam sejarah panjang Islam, berbagai elemen budaya dan pemikiran telah saling bercampur, menciptakan bentuk-bentuk pemahaman dan praktik yang beragam. Hybridity ini tidak dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan kemurnian agama, tetapi sebagai salah satu ciri khas Islam yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan zaman dan ruang.

Diskusi ini membuka ruang bagi peserta untuk berpikir kritis mengenai bagaimana kita memahami Islam dalam kerangka yang lebih inklusif dan kontekstual. Islam bukanlah sebuah ideologi monolitik, melainkan sebuah tradisi yang terus berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan. Dalam perspektif ini, studi Islam harus mengakomodasi variasi praktik dan pemahaman yang ada, serta tidak terjebak dalam pandangan tunggal yang sering dipaksakan oleh wacana dominan.

Direktur Pascasarjana UIN Salatiga mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kampus untuk mendorong pemahaman Islam yang lebih inklusif dan kontekstual. Ia berharap para peserta dapat membawa wawasan ini dalam penelitian dan kajian mereka, untuk menghasilkan studi Islam yang lebih menghargai keragaman dan dinamika dalam tradisi keagamaan ini. (MAN)

Kategori
Berita

Menelaah Studi Dekolonial: Sebuah Kritik dan Praktik Pembebasan Pengetahuan dalam Interdisciplinary Colloquium UIN Salatiga”

Pada hari Jumat, tanggal 2 Mei 2025, telah diselenggarakan kegiatan Interdisciplinary Colloquium bertajuk Religion and Decolonial Studies yang bertempat di Aula Lantai 3 Gedung Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. Acara ini mengundang pembicara internasional Prof. Salman Sayyid dari University of Leed, UK dan Prof. Lena Salaymeh dari Universite Paris Sciences et Lettres, France, untuk mengupas lebih dalam mengenai dua pemahaman terkait dekolonialisasi: sebagai kritik terhadap struktur pengetahuan yang ada dan sebagai praktik yang mengarah pada pembebasan intelektual.

Acara ini dihadiri kurang lebih 175 peserta, yang terdiri atas Dosen Pascasarjana, mahasiswa program doktor dan magister Pascasarjana UIN Salatiga, serta pengelola dan mahasiswa dari universitas mitra, termasuk perwakilan dari Program Doktor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Kehadiran peserta lintas institusi ini menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap tema-tema transdisipliner yang ditawarkan dalam kegiatan ini.

Dalam sesi utama, Prof. Salman menguraikan dua pemahaman yang saling terkait dalam studi dekolonial: pertama, dekolonialitas sebagai teori (decolonial theory) dan kedua, dekolonialisasi sebagai praktik (decoloniality). Dekolonialitas sebagai teori berfungsi sebagai sebuah bentuk kritik terhadap struktur pengetahuan yang dominan, yang telah dibentuk oleh kekuatan kolonial dan neoliberalisme. Teori ini bertujuan untuk menantang dan mengkaji ulang paradigma-pada-pandangan yang selama ini dianggap sebagai kebenaran universal, yang seringkali berpihak pada narasi-narasi dominan, seperti yang dipropagandakan oleh dunia Barat.

Sementara itu, menurut Prof. Lena dekolonialisasi sebagai praktik (decoloniality) yang lebih berfokus pada penerapan langsung dari teori tersebut dalam kehidupan nyata. Praktik ini mencakup usaha-usaha untuk merebut kembali ruang dan cara-cara berpikir yang telah terpengaruh atau terkekang oleh sistem kolonial. Pembicara menekankan bahwa dekolonialisasi tidak hanya berlaku pada tingkat akademis, tetapi juga pada praktik sosial, politik, dan kultural. Dalam konteks studi Islam, dekolonialisasi berarti membebaskan pemikiran dan ekspresi keagamaan umat Islam dari batasan-batasan yang ditetapkan oleh paradigma kolonial dan modernitas Barat.

Dalam diskusi yang berlangsung, peserta colloquium mengungkapkan pentingnya kedua pendekatan ini dalam merumuskan kembali studi Islam yang lebih inklusif dan kontekstual. Mereka menyoroti bahwa, untuk menghasilkan pengetahuan yang bebas dari dominasi kolonial, sangat penting bagi akademisi untuk mengintegrasikan teori dekolonial dan mempraktikkannya dalam kehidupan akademik dan sosial mereka. Hal ini juga relevan dalam menyusun kurikulum yang tidak hanya merujuk pada perspektif Barat, tetapi juga mengangkat suara dan tradisi intelektual dari dunia Muslim itu sendiri.

Direktur Pascasarjana UIN Salatiga menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah upaya kampus untuk mendorong para akademisi dan mahasiswa untuk tidak hanya mengkritisi teori yang ada, tetapi juga mengimplementasikan perubahan nyata dalam cara kita memproduksi dan mengkonsumsi pengetahuan. Ia berharap dekolonisasi studi Islam menjadi langkah penting dalam menciptakan dunia akademik yang lebih adil dan berdaya saing. (MAN)