Kategori
event

Interdisciplinary Colloquium

Dengan tema Moderasi Beragama mengusung topik pembicaraan Perspektif Politik Pendidikan.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga mengadakan Seminar Online Interdisciplinary Colloquium yang pertama di tahun 2021 dengan mengangkat tema dan topik diatas, membuka kepada seluruh audien yang ingin menimba ilmu secara gratis dari Dr. Arif Rohman, M. SI. narasumber hebat yang juga sebagai Dosen di Universitas Negeri Yogyakarta.

Acara yang akan dimoderatori oleh Dr. Ruwandi, M.A. yang juga sebagai Dosen sekaligus Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam di Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga ini akan di adakan pada hari Rabu, 10 Maret 2021 pukul 08.30 WIB.

Opening Speech oleh Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A. secara online melalui Platform Zoom Meeting dengan ID : 978 6143 9912. Jika ingin menanyakan detai acara tersebut silakan bergabung WhatsApp Group di bit.ly/ayoikuti atau hubungi Contact Person Bapak Edi Kuswanto, M.Pd.I. di nomor 0858-7533-6109 .

Kunjungi juga Akun Media Sosial Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berikut ini :

jangan ragu untuk komentar, like, subscribe, dan share untuk mendapatkan informasi terbaru yang lebih aktual

Wassalamualaiku Wr. Wb.

Kategori
Dosen s2es

BIARKAN WAKTU BERGANTI

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَتٰۤى اَمْرُ اللّٰهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْهُ  ۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Artinya: Ketetapan Allah SWT pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya ), Maha suci Allah Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. QS. An Nahl : (16) 1.

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan?, memetik buah buah-buahan sebelum masak? mendapatkan nilai bagus sebelum belajar dengan giat? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan tidak dapat diraba, belum terwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada didalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?.

Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka buka alam gaib, dan akan tetapi janganlah kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. pasalnya hal itu termasuk thuulul amal (angan angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tidak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak termakan oleh ramalan- ramalan tentang bencana, kesengsaraan, kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di “sekolah sekolah syetan “.

 

Sebagaimanmana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya;

(Setan menjanjikan (menakut nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui) QS. Al Baqarah:(2) 268.

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur didunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di ”genggaman yang Maha Hidup” tentu tidak akan menggadaikan untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila kita menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak terwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini anda sudah sangat sibuk.

Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi bila orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan- angan yang berlebihan. Bila kondisi hari ini masih seperti kemarin di mana harapan belum menjelma menjadi nyata. biarlah waktu berganti tetaplah tersenyum.

Man jadda wa jadda

Exit mobile version